KM-NTB Mesir—Semarak perayaan
Maulid Nabi Muhammad SAW, Keluarga Mahasiswa Nusa Tenggara dan Bali (KM-NTB)
Mesir adakan Webinar Maulid Nabi yang bertajuk “Menelisik Sejarah Tradisi
Maulid Nabi Muhammad SAW di Bumi Nusantara” pada Minggu (31/10/2021) lalu via
zoom meeting. Pada webinar tersebut, KM-NTB Mesir menghadirkan Guru Besar Sejarah
dan Peradaban UIN Mataram, Prof. Dr. H. Jamaluddin, MA. sebagai pemateri yang
mengulik lebih dalam tentang latar belakang perayaan tradisi Maulid Nabi di
Indonesia.
Acara dimulai pukul 10.00 WLK (waktu Kairo)
dan 16.00 WITA (waktu Indonesia) dengan dibuka secara resmi oleh Ellisa Fazira
Irwanti, selaku pembawa acara. Kemudian dilanjutkan dengan
sambutan Gubernur KM-NTB Mesir, Muhammad Ziaul Haq.
Dalam sambutannya, Ziaul Haq
menjelaskan bahwa webinar ini merupakan lanjutan dari rangkaian Maulid setelah
diadakannya perayaan Maulid secara offline di Sekretariat KM-NTB, “Acara-acara seperti
ini perlu terus dilaksanakan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah
SAW. Walaupun kita harus menumbuhkan cinta kepada Rasulullah setiap hari, perlu
juga untuk memperingati hari lahir beliau pada momen Maulid ini,” ucap Gubernur
KM-NTB tersebut.
Acara pun berlanjut ke pemaparan
pemateri oleh Prof. Jamaluddin dengan dimoderatori oleh Muhammad Zainuddin
Ruslan, Lc. Setelah Zainuddin Ruslan membacakan curriculum vitae
pemateri, Prof. Jamaluddin mulai menjelaskan di mana awal munculnya tradisi
Maulid dan bagaimana tradisi Maulid tersebut bisa sampai ke Nusantara.
Melalui pelacakannya, Prof.
Jamaluddin melihat bahwa tradisi Maulid berawal ketika masyarakat melaksanakan
ibadah haji di Makkah dan berziarah di Madinah, mereka juga menapak tilas
jejak-jejak peninggalan Nabi seperti tempat lahir beliau, rumah beliau, tempat
beliau menerima wahyu, dan makam Nabi Muhammad SAW. Pada akhir abad ke-8
Masehi, Harun Al-Rasyid menggusur sebagian
dari jejak tersebut untuk perluasan wilayah
masjid. Hal Ini memunculkan rasa
kecintaan mereka semakin kuat. Setelah kembali ke kampung halaman, mereka
berpikir bagaimana menumbuhkan cinta kepada Nabi Muhammad dan mulai mengadakan
ritual-ritual keagamaan untuk mengenang jasa-jasa Nabi Muhammad semasa
hidupnya.
Lebih lanjut,
Prof. Jamaluddin juga menyebutkan bahwa perayaan Maulid secara besar-besaran
dimulai pada era Fatimiyah di Mesir. Beliau uga menghadirkan catatan-catatan
sejarah yang merekam perayaan Maulid waktu itu, seperti catatan al-Maqrizi dalam
al-Mawa’izh wal I’tibar.
Prof. Jamaluddin kemudian melanjutkan
pemaparannya bahwa tradisi Maulid mulai dilaksanakan di Nusatara pada abad
ke-16, yaitu saat kerajaan Islam di Aceh menjalin hubungan diplomasi dengan Dinasti
Utsmaniyah. Perayaan Maulid kemudian menyebar di berbagai wilayah Nusantara,
khususnya di Lombok. Beliau lalu
menggambarkan tradisi Maulid yang sangat beragam di Nusantara. Di Lombok, pembacaan
kitab Barzanji atau masyarakat Sasak biasa menyebutnya serakalan,
berawal dari tradisi Maulid. Kemudian seiring berjalannya waktu, kitab Barzanji
tak hanya dibaca saat Maulid, tetapi juga rutin dibaca saat ada momen-momen
keagamaan tertentu.
Acara pun berlanjut ke sesi tanya
jawab, para peserta terlihat antusias dalam sesi ini dan mendengarkan dengan khidmat
tiap jawaban yang diberikan oleh Prof. Jamaluddin. Kemudian acara ditutup dengan doa oleh Gazali
Yahya Adrian. (Naz)