Masih dalam suasana Idul Fitri, pada Rabu 20 Juni 2018, KM-NTB Mesir menggelar acara Open House & Halal bi Halal guna merekatkan persaudaraan sesama pelajar yang merayakan hari raya di tanah rantau Mesir, jauh dari kampung halaman, keluarga, ketupat dan opor ayam. Acara tahunan ini juga dirangkai dengan Aqiqah Dedek Azzahra Ramadhani, putri dari pasangan Zulkarnaen Harits (Lombok) dan Rakhmi Vegi Arizka (Bogor) yang lahir 14 Ramadhan 1439 H lalu. Perkumpulan malam itu menjadi spesial dan tambah berkah dengan kehadiran seorang ulama Ahlul Bayt Habib Ahmad Maqdi Al-Hadhrami.
Beberapa jam sebelum acara dimulai, kabar duka datang dari Lombok Barat, yaitu wafatnya seorang ulama kharismatik di NTB TGH. Shafwan Hakim Pembina Ponpes Nurul Hakim Kediri. Maka, usai shalat magrib momentum perkumpulan ini juga diisi dengan shalat ghaib untuk almarhum yang diimami oleh Dr. Lukmanul Hakim. Almarhum memiliki jasa besar dalam menyebarkan dakwah di NTB dan memiliki konstribusi besar dalam membangun SDM berkualitas. Di Mesir sendiri terdapat banyak alumni hasil didikan beliau yang terkenal dengan prestasi-prestasinya.
Acara dibuka dengan pembacaan Maulid Adh-Dhiya’ Al-Lami’ oleh Tim Hadroh NW Mesir yang menghadirkan aura mahabbah kepada baginda Nabi SAW untuk sekitar 100 hadirin yang memenuhi aula KM-NTB. Selain dari warga KM-NTB, turut hadir di acara ini keluarga dari Bogor, pengurus Kabinet PPMI, kawan-kawan IKPDN dan beberapa senior penduduk Mikawi.
Muhammad Zainuddin Ruslan selaku pembawa acara memandu jalannya acara dengan menggunakan bahasa Arab. Lalu dibuka dengan lantunan ayat suci yang dibawakan Hasbullah, mahasiswa baru asal Sumbawa Barat.
Sambutan atas nama kekeluargaan disampaikan oleh gubernur KM-NTB Muhammad Wirajaya. Ia menyampaikan ucapan terimakasih atas kehadiran seluruh tamu dan permohonan maaf atas keterlambatan mulainya acara. Sambutan juga disampaikan oleh sohibul hajah Zulkarnaen Harits, “Melalui acara ini kami selaku orang tua meminta doa agar anak kami yan kami beri nama Azzahra bersempena kepada nama putri Rasulullah SAW, semoga tumbuh menjadi anak solihah.”
Lalu cukuran sesuai adat Nusantara dilakukan dengan menggendong jabang bayi kepada seluruh hadirin, mulai dari Habib Ahmad yang men-tahnik kurma, mendoakan dan mencukur rambut si bayi. Lalu semua hadirin mengelus ubun-ubun bayi sambil mendoakan kebaikan untuknya.
Tiba saatnya acara terpenting yaitu mendengarkan nasihat dari Habib Ahmad. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan tentang kebiasaan luhur dan mulia saling menziarahi dan bersilaturrahim usai merayakan Idul Fitri, itu banyak beliau jumpai daripada para ulama yang menjadi guru-guru beliau.
Mengenai munasabah aqiqah, Habib juga berbicara tentang pentingnya para orang tua mendidik anak mereka dengan baik, mengajarkan mereka mencintai Allah, Rasul dan mencintai ilmu sejak usia belia. Habib banyak menceritakan kisah-kisah cara ulama mendidik anaknya, menghindarkan mereka dari memakan syubhat, mengajarkan untuk berpakaian yang baik agar tidak mengumbar aurat, menghindarkan dari tontonan yang buruk dan pergaulan yang jelek.
Ulama pengajar di Ruwaq Al-Azhar dan mediafah itu juga menyampaikan nasehat penting bagi penuntut ilmu, di antaranya:
1. Pentingnya saling ajak-mengajak menuju majlis ilmu, karena bagi pelajar yang sudah jauh-jauh datang ke Mesir memikul amanah dari keluarga dan masyarakatnya untuk belajar dengan giat. Belajar tidak lagi menjadi fardhu kifayah, akan tetapi menjadi kewajiban perindividu bagi mereka.
2. Kehadiran menuju majlis ilmu bukan hanya sekedar mencari berkah, sehingga denan dalih ini di majlis ia tertidur atau tidak konsentrasi mendengarkan.
3. Pentingnya menyiapkan pelajaran sebelum berangkat ke mengaji ke guru. Ini penting dilakukan agar ketika telah sampai di majelis, sang tolib akalnya sudah siap menerima yan disampaikan karena terlebih dahulu sudah ada tashawwur. Adapun apabila tidak demikian, bisa jadi pelajaran yang ia dengar tidak nyambung sehingga pembelajarannya tidak efektif.
4. Pentingnya muraja’ah, mengulang kembali di rumah pelajaran yang telah dia dengarkan dari syekh agar tertancap dengan kuat dalam ingatan dan tidak hilang sia-sia. Ini merupakan kelemahan yang beliau dapatkan dari banyak pelajar di masa ini, yaitu malasnya belajar dan mengulang di rumah. Karena menurut beliau, ilmu itu butuh “dari guru” dan “dari diri sendiri”.
Acarapun ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Dr. Lukmanul Hakim. Lalu para hadirin menyantap hidangan gulai kambing yang telah disediakan.