Waktu berlalu begitu cepat. Kita yang setahun lalu masih meraba-raba bagaimana menjalani kehidupan yang ideal di Mesir, kini sudah menjalani serangkaian aktivitas padat sebagai Mahasiswa baru Al-Azhar. Sudah bukan waktunya beradaptasi, kini waktunya kita menerobos keterbatasan dan berlari. Tidak ada lagi Ustad di Markaz Lughoh yang sabar menjelaskan makna mufrodat tiap kata di buku, kini kita langsung dijejali tumpukan muqorror (diktat kuliah) yang tebal-tebal dan berhadapan dengan Duktur/oh (dosen) berbahasa Ammiyah. Semua berproses, semua berjuang, dan semua ingin sukses.
Teruntuk teman-teman seperjuangan, Ittihad as-Shofa.
Masih ingatkah teman-teman? Angkatan kita yang diresmikan di Taman Azhar, 9 Februari 2019 silam, kini sudah berusia 9 Bulan lebih 10 hari. Dan ibarat bayi dalam kandungan, usia ini adalah usia yang paling ideal untuk seorang ibu melahirkan buah hatinya.
Pun sama seperti kita. Setelah 9 bulan lebih kita menghirup pendidikan kelas Bahasa di Markaz Lughoh, mengamati dinamika kehidupan masisir yang selalu bergerak, mencoba-coba hal baru yang menarik, hingga belajar tuk bertahan di tanah rantau ketika berhadapan dengan masalah pelik, sekarang adalah saat yang tepat untuk kita keluar dari zona nyaman. Dunia perkuliahan menyapa. Rute perjuangan memberi salam. Muqorror dan diktat kuliah melambai-lambai. Permasalahan ummat di masa ini menghantui untuk dipecahkan solusinya.
Kita harus jadi Ulama, itu harga mati. Tak cukup dengan slogan “LC maan 2023” yang sering digaungkan bersama, tetapi semoga kualitas dan kredibiltas ilmu kita nanti bisa dipertanggungjawabkan. Kita harus tanamkan dalam diri kita tuk berjuang bersama membela Agama Allah. Dimulai dari apa? Dari hal terkecil yang harus kita lakukan, yaitu belajar sungguh-sungguh.
Siapa kita sekarang – status kita, pencapaian kita, keadaan kita sekarang – adalah hasil dari proses penuh warna yang kita lewati di masa lalu. Dan siapa kita nanti, mungkin 10 tahun mendatang, adalah hasil dari proses penuh warna yang kita lalui hari ini.
Proses setiap orang pasti berbeda-beda. Tantangan yang dihadapi berbeda pula. Apa yang dianggap kerikil oleh sebagian, di mata orang lain mungkin batu besar yang menghadang jalan. Begitu pula sebaliknya.
Maka alangkah lebih indah jika kita berproses bersama. Saling menguatkan. Terus menyemangati. Membantu berdiri ketika terjatuh. Dan bangkit ketika sudah hampir tak lagi ada harapan. Mungkin kita bisa berjalan lebih cepat bahkan berlari jika sendiri, tetapi kita bisa berjalan jauh jika bersama. Bahkan sampai ke titik dimana sebelumnya kita tidak yakin bisa sampai di titik tersebut. Bismillah, innallaha ma’ana.
Dan tentunya, sampai sekarang, kita masih berproses. Berproses untuk mencapai tujuan dan harapan kita masing-masing. Agar akhir perjalanan sesuai dengan yang diinginkan.
Karena kita semua (masih) berproses (dengan tantangan masing-masing), yuk, saling mendoakan dan saling menguatkan. Mengingatkan agar tak tersandung boleh, tapi jangan menjatuhkan, apalagi mematikan. Kelola juga hati dan pikiran, agar terbuka menerima masukan selama berproses ini. Siapa tahu, nasihat dari orang terdekat yang akan membuatmu menjadi orang hebat.
أوصيكم ونفسي بتقوى الله تعالى.
Jangan lupa hadirkan Sang Pencipta dalam prosesmu, Yang Paling Mengetahui keadaanmu, Dia yang selalu ada dalam susah-senangmu… teman curhat yang tak akan mengecewakan saat manusia meninggalkan.
Akhir kata, untuk batur-batur semua, terimakasih bnyak sudah selalu kompak. Terimaksih sudah turut serta menyukseskan banyak proker kami. Terutama serangkaian acara 2 hari kemarin, yang menutup kegiatan kita di tahun pertama ini. Tasyakuran dan Seminar motivasi di Aula KMNTB tercinta. Juga Bejorak bareng Ittihad as-Shofa di Lapangan Gamaliya. Kalian terbaik. Maaf atas segala kesalahan yang kami lakukan, atau tutur kata yg salah terucap, disengaja maupun tidak.
Selamat hari Sabtu. Selamat memperbarui niat untuk berproses dengan semangat baru. Ujian tinggal menghitung waktu. Apa kabar Muqorrormu? (H-49 Ujian al Azhar)
Red: Nabila Saadatul Husna