Tahrir,
KM-NTB— Berangkat dari
sekretariat Kekeluargaan Mahasiswa Nusa Tenggara dan Bali (KM-NTB) distrik
Sabik pada pukul 08.00 WLK (28/07/19). Rombongan anggota dan rekan-rekan senior
kekeluargaan KM-NTB berjumlah kurang lebih 20 orang, bergerak menuju distrik
Tahrir yang berada dekat dengan kawasan sungai Nil dan kantor kedutaan besar
Republik Indonesia (KBRI) Mesir.
KM-NTB— Berangkat dari
sekretariat Kekeluargaan Mahasiswa Nusa Tenggara dan Bali (KM-NTB) distrik
Sabik pada pukul 08.00 WLK (28/07/19). Rombongan anggota dan rekan-rekan senior
kekeluargaan KM-NTB berjumlah kurang lebih 20 orang, bergerak menuju distrik
Tahrir yang berada dekat dengan kawasan sungai Nil dan kantor kedutaan besar
Republik Indonesia (KBRI) Mesir.
Pra
acara sidang disertasi Dr. L. Turjiman Ahmad yang berjudul Turats Ibnu
Qutaybah Fi Dirosah al-Adabiyah wa Lughowiyah, berlangsung penuh sukacita di gedung Jami’ah Duwal
‘Arabiyah, Ma’had Buhuts Dirosah Islamiyah. Para rombongan dari kekeluargaan KM-NTB terlihat antusias
dengan banyak menggunakan pakaian batik, meski sebelumnya tidak dikomando.
Bahkan, selama berkendara hingga setiba di lokasi acara, sukacita tersebut
terlihat dari para rombongan yang sangat
menikmati perjalanan. Sampai-sampai beberapa bangunan pinggir jalan yang dikatakan
‘bersejarah’ ikut dibahas menjadi bahan obrolan dan lawakan. Mulai dari kilas
balik sejarah Majrul ‘Uyun yang dahulu
digunakan sebagai tempat penyaluran air, hingga pada pada sebuah
bangunan tua yang konon dikatakan sebagai mimbar Fir’aun tidak luput dari bahan
guyonan.
acara sidang disertasi Dr. L. Turjiman Ahmad yang berjudul Turats Ibnu
Qutaybah Fi Dirosah al-Adabiyah wa Lughowiyah, berlangsung penuh sukacita di gedung Jami’ah Duwal
‘Arabiyah, Ma’had Buhuts Dirosah Islamiyah. Para rombongan dari kekeluargaan KM-NTB terlihat antusias
dengan banyak menggunakan pakaian batik, meski sebelumnya tidak dikomando.
Bahkan, selama berkendara hingga setiba di lokasi acara, sukacita tersebut
terlihat dari para rombongan yang sangat
menikmati perjalanan. Sampai-sampai beberapa bangunan pinggir jalan yang dikatakan
‘bersejarah’ ikut dibahas menjadi bahan obrolan dan lawakan. Mulai dari kilas
balik sejarah Majrul ‘Uyun yang dahulu
digunakan sebagai tempat penyaluran air, hingga pada pada sebuah
bangunan tua yang konon dikatakan sebagai mimbar Fir’aun tidak luput dari bahan
guyonan.
Berangsur
kemudian, suasana hangat kekeluargaan nampaknya berlanjut di dalam ruang sidang.
Para rombongan yang baru saja datang, langsung saling bergegas menyiapkan
konsumsi dan perlengkapan. Hingga puncaknya
ketika momen pemasangan dasi Dr. L. Turjiman oleh sang istri, rupanya banyak
menyedot perhatian para hadirin dan anggota KM-NTB sendiri, yang lantas membuat
beberapa fotografer di lokasi dengan sigap mengabadikan momen tersebut.
kemudian, suasana hangat kekeluargaan nampaknya berlanjut di dalam ruang sidang.
Para rombongan yang baru saja datang, langsung saling bergegas menyiapkan
konsumsi dan perlengkapan. Hingga puncaknya
ketika momen pemasangan dasi Dr. L. Turjiman oleh sang istri, rupanya banyak
menyedot perhatian para hadirin dan anggota KM-NTB sendiri, yang lantas membuat
beberapa fotografer di lokasi dengan sigap mengabadikan momen tersebut.
Sampai
beberapa saat kemudian, barulah acara disertasi doktoral Dr. L. Turjiman dimulai.
Dengan dihadiri Prof. Dr. Sa’id Sulaiman al-‘Abdu sebagai dan Prof. Dr. Shofwat
‘Ali Sholih sebagai penguji, dan Prof. Dr. Muhamaad Hasan ‘Abdul Aziz sebagai
pembimbing. Sidang tersebut diawali dengan pembacaan abstraksi oleh pengkaji,
yang disusul dengan ucapan terima kasih kepada beberapa kerabat dan sahabat
dekat, yang turut serta membantu pengkaji menyelesaikan tugasnya. Hingga kepada
istri tercinta beliau sendiri, yang berhasil membuat pecah suasana.
beberapa saat kemudian, barulah acara disertasi doktoral Dr. L. Turjiman dimulai.
Dengan dihadiri Prof. Dr. Sa’id Sulaiman al-‘Abdu sebagai dan Prof. Dr. Shofwat
‘Ali Sholih sebagai penguji, dan Prof. Dr. Muhamaad Hasan ‘Abdul Aziz sebagai
pembimbing. Sidang tersebut diawali dengan pembacaan abstraksi oleh pengkaji,
yang disusul dengan ucapan terima kasih kepada beberapa kerabat dan sahabat
dekat, yang turut serta membantu pengkaji menyelesaikan tugasnya. Hingga kepada
istri tercinta beliau sendiri, yang berhasil membuat pecah suasana.
Hal
itu nampaknya diingat oleh penguji pertama, hingga beberapa kali berhasil
memantik tawa hadirin lantaran menyindir
pengkaji di sela-sela kritikannya, karena pujian dan ucapan terima kasih kepada
sang istri yang menurutnya menarik. Apalagi ketika penguji mendengar jawaban
dari pengkaji, terkait arti nama ‘Lalu’ yang bermakna keturunan raja. Penguji
tersebut kembali mengundang tawa hadirin
dengan ucapanny a “Sudah kalau begitu, tidak perlu diuji. Kan dia anak
(keturunan) raja?”
itu nampaknya diingat oleh penguji pertama, hingga beberapa kali berhasil
memantik tawa hadirin lantaran menyindir
pengkaji di sela-sela kritikannya, karena pujian dan ucapan terima kasih kepada
sang istri yang menurutnya menarik. Apalagi ketika penguji mendengar jawaban
dari pengkaji, terkait arti nama ‘Lalu’ yang bermakna keturunan raja. Penguji
tersebut kembali mengundang tawa hadirin
dengan ucapanny a “Sudah kalau begitu, tidak perlu diuji. Kan dia anak
(keturunan) raja?”
Begitulah
beberapa keseruan di ruang sidang, yang agaknya menurut beberapa orang peserta
senior berbeda dari sidang disertasi biasanya. Selain karena suasana sidang
lebih cair, waktu sidang pun relatif cepat, hanya memakan waktu sekitar dua jam
lebih. Baru kemudian penyampaian kritik
tulisan dari kedua penguji terhadap pengkaji , yang secara umum terletak pada
kesalahan editorial, tanda baca dan beberapa kesalahan lain. Juga sesekali
penguji pertama menegur sekaligus mengingatkan,
tentang fungsi pembimbing sebagai partner diskusi judul, bukan pengkoreksi
tulisan.
beberapa keseruan di ruang sidang, yang agaknya menurut beberapa orang peserta
senior berbeda dari sidang disertasi biasanya. Selain karena suasana sidang
lebih cair, waktu sidang pun relatif cepat, hanya memakan waktu sekitar dua jam
lebih. Baru kemudian penyampaian kritik
tulisan dari kedua penguji terhadap pengkaji , yang secara umum terletak pada
kesalahan editorial, tanda baca dan beberapa kesalahan lain. Juga sesekali
penguji pertama menegur sekaligus mengingatkan,
tentang fungsi pembimbing sebagai partner diskusi judul, bukan pengkoreksi
tulisan.
Sampai
di akhir sesi, para penguji meminta waktu sejenak untuk bermusyawarah
menentukan nilai disertasi pengkaji. Setelah beberapa saat kemudian diumumkan
bahwa nilai (takdir) yang diterima pengkaji adalah Martabah Syaraf Ula (Summa
Cumlaude). Hingga dipungkasi dengan sesi perfotoan bersama dan pemberian piagam
oleh beberapa sahabat dan kerabat dekat yang hadir. (Red/Arya)
di akhir sesi, para penguji meminta waktu sejenak untuk bermusyawarah
menentukan nilai disertasi pengkaji. Setelah beberapa saat kemudian diumumkan
bahwa nilai (takdir) yang diterima pengkaji adalah Martabah Syaraf Ula (Summa
Cumlaude). Hingga dipungkasi dengan sesi perfotoan bersama dan pemberian piagam
oleh beberapa sahabat dan kerabat dekat yang hadir. (Red/Arya)