KM-NTB, Kairo—Keluarga
Mahasiswa Nusa Tenggara dan Bali (KM-NTB) Mesir kembali menyelenggarakan Takrim
Najihin pada Senin (06/12/2021) di Sekretariat KM-NTB, Abbas Aqqad. Acara rutin
tahunan ini dikemas cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dengan dirangkaian
Nadwah Ilmiah yang mengusung tema “Mengungkap Seluk-Beluk Ilmu Mantiq dan Cara
Menjadi Mahasiswa Berprestasi”.
Nadwah Ilmiah ini diampu oleh
dua tokoh terkemuka di Universitas al-Azhar Cairo, yaitu Prof. Dr. Abdullah
Muhyi ‘Azb selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar dan Prof. Dr.
Majdi Abdul Gaffar selaku Kepala Departemen Dakwah Dirasat Ulya Universitas
al-Azhar. “Kami datang ke sini sebagai wujud cinta kami kepada kalian,” ungkap
Prof. Muhyi membuka penyampaiannya.
Prof. Muhyi kemudian memaparkan
bahwa mantiq harus dibedakan menjadi dua kategori, yaitu mantiq sebagai fann
mudawaan (disiplin ilmu yang sistematis) dan mantiq sebagai kaidah atau
alat yang dipraktikkan oleh manusia. Jika mengacu kepada kategori kedua,
praktik ilmu mantiq sudah terealisasi sejak zaman Nabi Adam hingga sekarang.
Namun, jika sebagai sebuah disiplin ilmu, baru disusun secara sistematis
pertama kali oleh Aristoteles.
Guru Besar Akidah dan Filsafat
itu lalu menjelaskan sejarah ilmu mantiq sejak era Socrates dan Plato yang
kerap menangkis logika-logika bengkok kaum Sofis di Yunani, hingga era para
filsuf muslim seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Imam al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Setelah
mengupas sejarah panjang ilmu mantiq, beliau mnyampaikan salah satu maqashid
ilmu mantiq, yakni al-ta’rif (definisi). “Jika berbeda dalam memahami
definisi, bisa menimbulkan perpecahan. Banyak sekali perpecahan yang terjadi
karena hal ini, maka dari itu ilmu mantiq sangat penting untuk dipelajari agar
bisa memberikan definisi yang tepat pada suatu istilah,” pungkas beliau.
Acara pun dilanjutkan dengan
penyampaian Prof. Majdi seputar langkah-langkah menjadi mahasiswa yang
berprestasi. Beliau menyampaikan bahwa ada tiga hal penting yang perlu menjadi
perhatian dan diaplikasikan oleh seorang mahasiswa, salah satunya adalah memperbaharui
niat. “Setiap amal tentu bertujuan untuk mendapat ganjaran, entah itu ganjaran
dunia atau akhirat, maka niat lah yang menentukan apa yang kalian dapatkan. Oleh
karena itu, sebelum berangkat kuliah berniatlah untuk mendapatkan ilmu yang
barakah agar kalian dimudahkan dalam memahami materi kuliah,” tutur beliau.
Selain niat, Guru Besar Bidang
Dakwah dan Peradaban itu menyampaikan pentingnya takwa, karena ilmu dan
prestasi dibangun di atas pondasi niat dan takwa. Terakhir, beliau mengingatkan
untuk tetap bersabar dalam setiap proses menuntut ilmu di Mesir. “Kalian harus
selalu mengingat bahwa kalian dikirim ke sini untuk belajar. Jika hanya
menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia, maka kalian telah mengkhianati
sebuah amanah besar,” pesan beliau.
Acara pun ditutup dengan
penyerahan sertifikat penghargaan kepada masing-masing najihin dan sesi
foto bersama Prof. Muhyi dan Prof. Majdi. (Naz)