Lombok adalah sebuah pulau kecil yang terletak di provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat). Daratan yang terbentang seluas 5.435 km2, dengan populasi penduduk sebesar 3.311.044 jiwa (2017), pulau ini tidak kalah dengan pulau-pulau yang lain di daratan NKRI, pulau ini pun memiliki ragam dan corak budaya yang terus dilestrikan dan tetap terjaga sampai detik ini.
Lombok dengan suku sasaknya, memiliki banyak sekali adat istiadat serta kebudayaan yang cukup menarik untuk diulas. Sadar atau tidak, ragam adat istiadat inilah yang membuat gaung Lombok terdengar ke seantero negeri, hingga mancanegara. Dan hal ini pun menjadi daya tarik dari pulau kecil ini untuk terus di kunjungi setelah keindahan alam nan menawan yang dimiliki.
Di antara adat istiadat tersebut, sebut saja Bau Nyale yang diadakan setahun sekali di bulan tertentu, Peresean, Nyongkolan, Rebo Buntung, Rudat, Ale-ale, dan masih banyak lagi.
Salah satu dari adat tersebut yang cukup menarik untuk dicermati dan diulas adalah adat Peresean. Peresean merupakan sebuah tarian yang dikombinasikan dengan pertarungan dua pepadu (baca: seorang pemberani). Tak ubahnya seperti pertandingan pada umumnya, Peresean juga mempunyai peraturan, ketentuan, serta syarat yang berlaku, diantaranya:
1. Peresean terdiri dari dua pepadu, pepadu ini bisa dari peserta asli atau dari penonton.
2. Terdiri dari dua Pekembar (wasit): wasit tengah (Pekembar Tenga’) dan wasit pinggir (Pekembar Sedi).
3. Pepadu hanya diperbolehkan memukul bagian pinggang ke atas dan tidak diperkenankan memukul bagian pinggang kebawah.
4. Pepadu dibekali tongkat yang terbuat dari rotan sebagai alat pemukul di tangan kanan dan sebuah perisai yang terbuat dari kulit di tangan kiri.
5. Peresean diiringi oleh lantunan musik sasak, guna menambah kemeriahan dan sebagai suntikan semangat bagi para pepadu ketika bertanding.
Dalam sejarahnya, Peresean merupakan sebuah tari yang digelar karena beberapa sebab, diantaranya: melatih ketangkasan para pepadu suku sasak dalam mengusir penjajah ketika itu. Dan tari ini pun dilatarbelakangi oleh pelampiasan emosional para raja pada masa lampau ketika menang dalam perang melawan musuh-musuhnya. Adapula yang mengatakan, bahwa tari Peresean dilatarbelakangi oleh pertarungan para pangeran yang ingin memperebutkan hati Putri Mandalika. Dan konon katanya juga, Peresean digelar sebagai upacara adat yang diadakan oleh masyarakat sasak untuk memohon hujan di musim kemarau. Apapun latar belakangnya, Peresean sedari dulu telah menjadi salah satu ikon pariwisata yang telah mengundang para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang ke Lombok.
Dewasa ini, selain sebagai adat yang dipertandingkan sebagi ajang adu kekuatan pepadu sasak, Peresean juga dijadikan sebagai sajian hiburan dalam menyambut tamu atau wisatawan, serta dijadikan pula sebagai sebuah penampilan dalam pagelaran pentas seni.