Mari Mengenal Adat Indonesia Timur!
Peresean.
Ajang Adu Ketangkasan Khas Suku Sasak Lombok
Hiruk pikuk suara penonton yang diiringi tabuhan gendang membentuk lingkaran di lapangan. Di tengahnya telah berdiri dua petarung (pepadu) dengan komando sang wasit (pakembar). Gending gamelan mulai terdengar, disambut suling bambu dan pukulan gong membuat para penonton semakin girang. Instrumen itu adalah pertanda dimulainya Peresean. Festival adu ketangkasan dan ketangguhan antara pemuda suku Sasak Lombok.
Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan penjalin (rotan) dan dilengkapi ende (perisai yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau). Penjalin sepanjang satu setengah meter ini masing-masing ujungnya diikat dengan benang dan dilumuri aspal atau pecahan beling yang telah dihaluskan. Para pepadu biasanya memiliki minyak khusus sehingga sabetan penjalin yang mengenai anggota badan tak terasa perih.
Peresean dipimpin oleh tiga pakembar (wasit), satu pakambar tengah yang bertugas memandu dan memastikan aturan main ditaati oleh para pepadu selama pertandingan berlangsung dan memberikan poin terhadap setiap pukulan yang dilayangkan para pepadu. Sedangkan dua pakembar sedi (pinggir) bertugas memilih para pepadu dari penonton.
Para pepadu menggunakan dodot (kain khas Lombok) yang diikat mengelilingi pinggang dan ujungnya menyentuh tanah. Pada bagian atas, mereka bertelanjang dada dengan dilengkapi sehelai sapuk (ikat kepala).
Dalam pertarungan Peresean ini, Pepadu diperbolehkan memukul bagian atas seperti kepala, punggung atau pundak. Dan tidak diperbolehkan memukul bagian bawah seperti paha atau kaki. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadu menyerah atau kepalanya berdarah dan otomatis lawannya yang keluar sebagai pemenang, jika tidak ada yang menyerah maka pertarungan akan berlangsung selama lima ronde dan pemenang akan ditentukan dari akumulasi poin di setiap ronde.
Pada akhir pertarungan para pepadu akan bersalaman, berpelukan dan saling memaafkan. Ini menunjukkan nilai-nilai keberanian, kerendahan hati, saling menghargai dan tidak pendendam yang sangat kental dicontohkan dalam tradisi ini.
Dalam bingkai sejarah, Peresean ini dulunya merupakan luapan emosional para raja dan para prajurit setelah memenangkan pertempuran di medan perang. Selain itu Peresean juga merupakan media untuk para petarung dalam menguji keberanian, ketangguhan dan ketangkasan mereka dalam bertarung. Kesenian ini terus berlanjut sampai sekarang di kalangan masyarakat suku Sasak Lombok hingga menjadi suatu tradisi.
Dalam perkembangannya, kesenian ini tidak hanya diadakan untuk masyarakat lokal saja, namun juga digelar untuk menyambut para tamu besar atau wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Kini Peresean menjadi salah satu pertunjukan utama dalam festival budaya yang diselenggarakan Pemerintah Daerah NTB setiap tahunnya, dan terus dilestarikan melalui pegelaran dalam perayaan Dirgahayu kemerdekaan RI dan perhelatan festival-festival adat seperti Festival Bau Nyale.
#div.humas #div.medinfo
#kabinetmeditasi #kmntb19/20