TGH. M. Zahid Syarif
(Pendiri Pondok Pesantren
Hikmatusysyarif Nahdlatul Wathan, Salut, Narmada)
Hikmatusysyarif Nahdlatul Wathan, Salut, Narmada)
Ada sebuah hadits syarif Rasulullah Saw.
yang mengatakan “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal
perbuatannya’’. Tentunya kita semua mengharapkan hal demikian. Tapi nyatanya
jarang sekali ada orang yang mendapatkan kenikmatan tersebut.
yang mengatakan “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal
perbuatannya’’. Tentunya kita semua mengharapkan hal demikian. Tapi nyatanya
jarang sekali ada orang yang mendapatkan kenikmatan tersebut.
Dalam Monthly Profile kali ini kita akan mencoba
mengenal lebih dekat dari salah
satu ulama sepuh berkompeten dan juga imtitsalan dari hadits Rasulullah Saw. sebelumnya yaitu Ayahanda Almarhum TGH. M. Zahid Syarif.
mengenal lebih dekat dari salah
satu ulama sepuh berkompeten dan juga imtitsalan dari hadits Rasulullah Saw. sebelumnya yaitu Ayahanda Almarhum TGH. M. Zahid Syarif.
Ulama kelahiran Salut pada tahun kemerdekaan Indonesia ini memilih
menjalani hidupnya sejak kecil sampai akhir hayat
dengan penuh ilmu pengetahuan.
menjalani hidupnya sejak kecil sampai akhir hayat
dengan penuh ilmu pengetahuan.
Kemerdekaan Indonesia menjadi awal bagi kebangkitan seluruh rakyat
Indonesia, dan masa pembangunan dan perbaikan menjadi lingkungan beliau tinggal
waktu masih muda. Ia pun merupakan pemuda yang terus memperbaiki dan
membangkitkan diri dalam hal ilmu pengetahuan, khususnya agama Islam.
Indonesia, dan masa pembangunan dan perbaikan menjadi lingkungan beliau tinggal
waktu masih muda. Ia pun merupakan pemuda yang terus memperbaiki dan
membangkitkan diri dalam hal ilmu pengetahuan, khususnya agama Islam.
Salah satu guru besar beliau asal Lombok adalah TGH. M. Zainuddin
Abdul Madjid, Pancor, pendiri madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah.
Sebagai bentuk bakti beliau terhadap guru dan madrasah, beliau pun pada
akhirnya mendirikan pondok pesantren yang berlabel Nahdlatul Wathan.
Abdul Madjid, Pancor, pendiri madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah.
Sebagai bentuk bakti beliau terhadap guru dan madrasah, beliau pun pada
akhirnya mendirikan pondok pesantren yang berlabel Nahdlatul Wathan.
Beliau juga pernah menuntut ilmu di madrasah ash-Shoulatiyah,
Mekah, untuk lebih memperdalam ilmu-ilmu yang beliau pelajari dan kaji. Beliau
juga pernah berguru pada Syekh Hasan al-Masysyath, Syekh Yasin al-Fadani, Syekh
Ismail Zain al-Yamani, Sayyid Alawy Abbas al-Maliki, dan ulama-ulama besar
lainnya.
Mekah, untuk lebih memperdalam ilmu-ilmu yang beliau pelajari dan kaji. Beliau
juga pernah berguru pada Syekh Hasan al-Masysyath, Syekh Yasin al-Fadani, Syekh
Ismail Zain al-Yamani, Sayyid Alawy Abbas al-Maliki, dan ulama-ulama besar
lainnya.
Tak heran dengan lingkungan yang kondusif dan asupan ilmu dari
guru-guru yang sudah disebutkan diatas, beliau menjadi pewaris dan penerus
perjuangan mereka. Dan berinisiatif mendirikan pondok pesantren sebagai wadah pengembangan
dan penyebaran ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
guru-guru yang sudah disebutkan diatas, beliau menjadi pewaris dan penerus
perjuangan mereka. Dan berinisiatif mendirikan pondok pesantren sebagai wadah pengembangan
dan penyebaran ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Semenjak itu, beliau hidup untuk ilmu pengetahuan, selain di ponpes
sendiri, beliau juga menjadi masyaikh di Ma’had Darul Qur’an Walhadits, Pancor,
yang didirikan oleh guru beliau TGH. M. Zainuddin Abdul Majid. Dan beliau pun
masih aktif mengajarkan ilmu sampai beliau wafat, pada 21 Oktober 2017. Semoga
beliau dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat. Amien.
sendiri, beliau juga menjadi masyaikh di Ma’had Darul Qur’an Walhadits, Pancor,
yang didirikan oleh guru beliau TGH. M. Zainuddin Abdul Majid. Dan beliau pun
masih aktif mengajarkan ilmu sampai beliau wafat, pada 21 Oktober 2017. Semoga
beliau dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat. Amien.