TGH. Ibrahim Kholidy: (Pendiri Pondok
Pesantren Al-Ishlahuddin, Kediri, Lombok Barat)
Pesantren Al-Ishlahuddin, Kediri, Lombok Barat)
Hidup di keluarga yang islami membuat Ibrahim
kecil bisa mendapatkan materi keagamaan secara langsung, yaitu dari ayanda
beliau, TGH. Kholidy, sebelum kemudian menuntut ilmu ke tanah suci Mekah.
kecil bisa mendapatkan materi keagamaan secara langsung, yaitu dari ayanda
beliau, TGH. Kholidy, sebelum kemudian menuntut ilmu ke tanah suci Mekah.
Umur beliau waktu itu masih 12 tahun, memulai
untuk mendalami ilmu agama bersama masyaikh dengan otoritas keilmuan yang
diakui, diantaranya: Sayid Alwi bin Abbas al-Maliki, Syekh Umar Hamdan, Syekh
Muhammad Amin al-Kutbi, Syekh Hasan al-Masyath, dan masih banyak lagi.
untuk mendalami ilmu agama bersama masyaikh dengan otoritas keilmuan yang
diakui, diantaranya: Sayid Alwi bin Abbas al-Maliki, Syekh Umar Hamdan, Syekh
Muhammad Amin al-Kutbi, Syekh Hasan al-Masyath, dan masih banyak lagi.
Selama di Mekah, beliau sempat pulang ke tanah
air karena konflik yang terjadi antara Abdul Aziz bin Sa’ud dengan raja Husein,
penguasa Hijaz. Tapi hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk terus
mendalami ilmu agama. Beliau pun belajar bersama saudara-saudara beliau, TGH.
Abdussatar dan TGH. Mustafa Kholidy, dan guru-guru lainnya.
air karena konflik yang terjadi antara Abdul Aziz bin Sa’ud dengan raja Husein,
penguasa Hijaz. Tapi hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk terus
mendalami ilmu agama. Beliau pun belajar bersama saudara-saudara beliau, TGH.
Abdussatar dan TGH. Mustafa Kholidy, dan guru-guru lainnya.
Sekembali beliau ke tanah suci Mekah, beliau
melanjutkan rutinitas mulianya hingga sekitar tiga tahun, kemudian dipertemukan
dengan Hj. Maryam bint Abdullah bin Umar, gadis keturunan kerajaan Banten, yang
kemudian beliau mempersuntingnya.
melanjutkan rutinitas mulianya hingga sekitar tiga tahun, kemudian dipertemukan
dengan Hj. Maryam bint Abdullah bin Umar, gadis keturunan kerajaan Banten, yang
kemudian beliau mempersuntingnya.
Pada tahun 1934, beliau pulang ke tanah air
dan mulai mengabdikan diri untuk masyarakat setempat. Namun ternyata beliau
kembali ke tanah suci lagi untuk menuntut ilmu secara lebih mendalam pada tahun
1937.
dan mulai mengabdikan diri untuk masyarakat setempat. Namun ternyata beliau
kembali ke tanah suci lagi untuk menuntut ilmu secara lebih mendalam pada tahun
1937.
Baru kemudian pada tahun 1941, beliau
membulatkan tekad untuk menetap di Lombok untuk mendedikasikan diri dalam
penyebaran risalah Islam. Hal itu terbukti dengan usaha beliau membangun Pondok
Pesantren Al-Ishlahuddin, Kediri, Lombok Barat.
membulatkan tekad untuk menetap di Lombok untuk mendedikasikan diri dalam
penyebaran risalah Islam. Hal itu terbukti dengan usaha beliau membangun Pondok
Pesantren Al-Ishlahuddin, Kediri, Lombok Barat.
Sampai sekarang, ponpes tersebut masih berdiri
kokoh berkhidmat bagi agama dan bangsa. Sudah beratus-ratus ribu santri berilmu
yang dicetak dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia bahkan dunia.
kokoh berkhidmat bagi agama dan bangsa. Sudah beratus-ratus ribu santri berilmu
yang dicetak dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia bahkan dunia.