Pertemuan kedua Kajian Makalah KM-NTB Mesir berlangsung pada Ahad, 19 Agustus 2018 dengan pemateri Muhammad Zainuddin mempresentasikan makalahnya yang bertema Manhaj al-Tadzawwuq Mahmud Muhammad Syakir.
Pemateri menjelaskan latar belakang awal ketertarikannya menulis pembahasan ini, yaitu dimulai dari mendengar kuliah-kuliah Syaikhul Balagiyyin Prof. Dr. Muhammad Abu Musa, perhatian besar beliau tentang rekonstruksi sistem pembelajaran pada lembaga-lembaga pendidikan Islam dan urgensi perbaikan metode membaca dari pendekatan yang selama ini orang lalui dengan pembacaan dangkal, terburu-buru dan tanpa ruh istinbath. Dalam latar belakang, pemakalah mengutip ungkapan guru besar Balaghoh Universitas Al-Azhar itu: “Masalah membaca, bagaimana memahami apa yang kita baca, bagaimana berintraksi dengan bacaan, adalah masalah teramat penting. Kalau sekiranya universitas-universitas kita tidak mengajarkan para mahasiswa di kuliah kecuali cara membaca, itu saja sudah cukup.”
Di lain waktu, ulama yang sangat mencintai kitab-kitab Imam Abdul Qahir al-Jurjani itu berwasiat kepada para penuntut ilmu untuk membaca empat judul kitab, yaitu dua karya Mahmud Muhammad Syakir berjudul Abāthil wa Asmār dan Risālah fi al-Tharīq ilā Tsaqāfatinā, karya Dr. Muhammad al-Bahiy al-Fikru al-Islāmiy al-Hadīts wa Shilatuhū bi al-Isti’mār al-Gharbiy dan karya Dr. Muhammad Husain al-Ittijāhāt al-Wathaniyyah. Ketiga tokoh ini melalui kitabnya dianggap Muhammad Abu Musa telah menyelamatkan generasi umat dari ancaman kehancuran.
Dari judul kitab Risālah fi al-Tharīq ilā Tsaqāfatinā itu pemakalah mengenal istilah manhaj al-Tadzawwuq dan tertarik meramunya menjadi makalah dengan tambahan referensi lain. Syekh Mahmud Syakir menceritakan manhaj ini tercipta setelah melalui rumit perjalanan panjang hidupnya menggeluti sastra dan fase demi fase kegalauan yang ia hadapi, mulai dari kegalauan akan sistem pendidikan terapan imperialis dipimpin Napoleon, Lord Cromer dan Douglas Dunlop yang mengancam kehancuran identitas Arab, maraknya pemakaian kritik sastra (al-Naqd al-Adabi) dalam menganalisa syair-syair Arab (Jahili, Shadrul Islam, Umawi, Abbasi) dengan analisa ala Barat yang dirumuskan dengan hawa nafsu, puncaknya adalah ketika harapan besarnya mendapatkan hakikat di Fakultas Adab pupus setelah di sana ia mendengar kuliah Dr. Toha Husein berbicara tentang Syair Jahili hingga menyentuh sakralitas I’jaz al-Qural.
Sebagai mahasiswa cerdas, ia tahu letak kesalahan besar Toha Husein pada penggunaan metode skeptisme dan memplagiat pemikiran Orientalis Yahudi Samuel Margoliout tanpa penisbatan kepadanya. Kegalauan yang membulatkan tekadnya memilih keputusan berat meninggalkan kuliah dan negeri kelahirannya pergi jauh menuju Hijaz.
Pemaparan tentang perjalanan hidup Mahmud Syakir yang inspiratif dan sarat akan pelajaran, bagaimana keluarga tempat ia lahir yang berpengaruh membentuk kepribadiannya, hubungannya dengan dua guru spritualnya al-Rafi’i dan al-Marshofi dan kondisi sosio-kultural sekitarnya yang tercetak dalam 18 halaman makalah; disampaikan oleh pemateri dalam waktu satu jam sebelum masuk kepada pengenalan manhaj yang rencana akan diulas pada pertemuan berikutnya dua minggu mendatang.
Sesi selanjutnya yaitu tanggapan dan kritik disampaikan oleh satu-persatu audiens, mulai dari kritik redaksional dan kritik substansial. Beberapa audiens yang mayoritasnya mahasiswa baru mengaku banyak mendengar hal baru tentang diskursus-diskursus yang sempat hangat di kalangan pemikir dan cendikiawan muslim, menambah kesadaran tentang pentingnya memperbanyak bacaan dan memperbaiki cara membaca.
Kajian ini berlangsung dengan antusias hadirin mendengar dan mengeluarkan pendapat selama kurang lebih 3,5 jam dari pukul 18.00 dan berakhir 21.30 CLT. Di akhir kajian, KM-NTB Mesir menerima konsolidasi DPP PPMI Mesir dengan perwakilan Sekjen Najid Achtiar, Mendagri Saiful bahri dan Anggi.