Sumber foto: Facebook |
Dr. Ahmad Umar Hasyim menyebutkan bahwa Imam Akbar Dr. Abdul Halim Mahmud mengerahkan para Azhary pada perang 10 Ramadhan. Beliau meminta bantuan para pengajar-pengajar universitas Azhar dan tokoh-tokoh pendakwah untuk mempersiapkan nasihat spiritual bagi pasukan tentara. Ketika pertemuan para ulama dan para pasukan tentara saat waktu perang, sementara tokoh menyampaikan pernyataan kepada tentara: “Melihat cuaca yang panas dan perang butuh kemampuan yang stabil, lebih baik kita rehat sampai buka puasa supaya membantu mereka untuk menumpas penjajah.” Meskipun demikian, tentara tetap pantang mundur seraya berkata: “Kami ingin buka puasa di surga!”
Dr. Ahmad Umar Hasyim juga menyebutkan bahwa syaikh Abdul Halim Mahmud sebelum perang berlangsung, beliau melihat Rasulullah saw., para ulama dan para tentara menyeberang di Qonāt Suez. Beliau mendapat kabar baik nan gembira dan meyakini bahwa perang ini akan diliputi kemenangan. Setelah itu, beliau mengabarkan mimpi itu kepada presiden Anwar Sadat dan menyuruh membuat pernyataan perang karena merasakan akan diberi kemenangan. Tidak cukup di situ, bahkan beliau sebelum memanasnya perang, menyampaikan khutbah yang menyala di hadapan para penduduk dan cendekiawan bahwa perang dengan Israel adalah perang di jalan Allah. Yang terbunuh dalam perang itu syahid dan mendapat balasan surga. Dan yang mengingkari kemudian meninggal maka ia mati dalam keadaan munafik.
Dr. Mahmud Gami’ menyinggung kejadian itu dalam bukunya Bagaimana aku mengenal Sadat? Dia menulis: “Kita tidak akan melupakan bahwa syaikh Abdul Halim Mahmud memberi kabar gembira tentang kenangan pada perang Oktober tahun 1973 M tatkala melihat baginda Rasulullah saw. di dalam mimpi dan beliau mengangkat bendera (Allahu Akbar) di hadapan para tentara dan pasukan Oktober.
Syaikh Abdul Halim Mahmud telah menyampaikan khutbah bersejarah di mimbar al-Azhar yang mulia. Khutbah itu disiarankan langsung oleh radio Iza’ah Alquran hingga banyak warga Mesir yang mendengarnya. Di atas mimbar al-Azhar, syaikh Abdul Halim Mahmud dengan wibawanya yang memukau dan pandangannya yang kharismatik, berkata:
“Wahai kaum mukmin! Di atas mimbar al-Azhar yang senantiasa menjadi tempat bagi warga Mesir ketika terdapat sebuah cobaan yang amat besar untuk berharap kepada Allah akan petunjuk-Nya. Di atas mimbar al-Azhar yang kekal ini, atas nama ulama al-Azhar, kami mengumumkan perang yang mulia. Kami mengumumkan jihad di jalan Allah dan melalui mimbar al-Azhar, wahai kaum mukmin, kami menyampaikan salam hormat kepada panglima tertinggi beserta para tentara yang gagah perkasa yang telah merealisasikan hal ini yang hampir serupa dengan mukjizat, meski bukan sebuah mukjizat. Dengan keberanian dan kejantanan mereka yang kelak akan senantiasa diceritakan. Wahai kaum mukmin, salah seorang kaum shalih telah melihat Rasulullah saw dalam mimpi. Ia sering sekali melihat Rasulullah saw pergi ke medan perang bersama beberapa ulama Islam. Seorang shalih ini memiliki salah seorang kawan. Kawannya—dalam mimpi tersebut—mengatakan: “Umumkan ke orang banyak! Sampaikan ke presiden Mesir dan kepada seluruh umat Islam.”
“Kita atas nama al-Azhar dan ulama al-Azhar mengumumkan kepada semua negara-negara Islam yang berada di persada bumi agar berjuang sekuat kemampuannya. Berjuang sekuat tenaga dengan uang. Berjuang sekuat tenaga dengan senjata. Berjuang sekuat tenaga dengan kekuatan para warganya. Perjuangan ini wajib! Sekarang waktunya untuk menginfakkan uang kaum muslimin yang berada di Bank untuk berjihad di jalan Allah.
“Sesungguhnya iman memiliki beberapa keharusan yang harus dipenuhi. Salah satunya, untuk sekarang, yaitu dengan menyiapkan sebanyak-banyaknya sesuatu yang dibutuhkan oleh saudara-saudara dan anak-anak kami dalam peperangan. Bahkan kita wajib lapar demi tujuan yang mulia. Kita harus mencapai pencapaian yang tinggi hingga sampai derajat para pejuang. Kita harus memegang tanggung jawab dalam peperangan ini.”
“Di tempat ini, kami menyampaikan panggilan kami kepada semua kepala rumah tangga agar berlaku qanaah. Dan seharusnya panglima kita meninggalkan dan menanggalkan kemewahannya pada masa yang menggetarkan ini demi mengembalikan tanah air kita (yang dirampas oleh Israel) dan kehormatan kita. Semoga Allah mengantarkan kepada kita kepada apa yang dicintai dan diridhai oleh-Nya. Serta memenangkan tentara-tentara pejuang kita dan memberi mereka kekuatan.
Dengan izin-Nya, Mesir dapat kembali mengambil Sinai yang sebelumnya dirampas oleh Israel.
Rahimahullah syaikh masyaikhina, Abul Arifin, syaikh Abdul Halim Mahmud.
Darb Ahmar, 6 Oktober 2019
Salah satu masyaikh al-Azhar yang mengikuti perang ini adalah syaikh Ahmad Umar Hasyim dan syaikh Fathi al-Hijazi
Red: Beben