kmntb

Inilah Sejarahnya Mesir Memperingati Ied Syurtoh 25 Januari

Tanggal 25 Januari menjadi angka sakral bagi rakyat Mesir. Selain diperingati sebagai hari revolusi penurunan Presiden Hosni Mubarak tujuh tahun silam tahun 2011 setelah genap 30 tahun menjabat, pada hari ini juga Mesir mengenang aksi kepahlawanan angkatan polisinya 63 tahun lalu saat mempertaruhkan nyawa dalam mempertahankan wilayah dan harkat-martabat bangsanya dari keserakahan kolonialisme Inggris saat ingin merebut Provinsi Ismailiyyah dan Kanal Suez.


Kejadian ini diabadikan dengan sebutan Mauqi’ah Isma’iliyyah (Tragedi Ismailiyah). Berikut kami sajikan sejarahnya!

Letak Geografis Provinsi Ismailiyah

Provinsi Isma’iliyyah merupakan perbatasan utara Mesir yang letaknya sangat strategis sebagai jalur perlintasan kelautan antara Asia, Afrika dan Eropa. Setengah bagian baratnya masuk ke wilayah benua Afrika, sedangkan setengah bagian timurnya masuk bagian benua Asia. Ujung timurnya tepat berbatasan dengan Semenanjung Sinai dan Teluk Suez. Kalau antum pernah ke Gunung Sinai pasti pernah menerobos terowongan dalam laut yang menjembatani Ismailiyah dan Sinai.

Dilihat dari akar historis dan antropologisnyapun, peradaban wilayah ini telah berkembang dan menjadi pusat kehidupan sejak zaman Mesir Kuno Periode Pra-Dinasti Fir’aun (3100 Tahun Sebelum Masehi) sebab kestrategisannya dengan laut sebagai sumber penghidupan.

Upaya Inggris Merebut Isma’iliyyah

Melihat letak strategisnya itulah dan prospek ekonomi Kanal Suez, penjajah Inggris berhasrat merebutnya ke tangan mereka. Setelah melalui ketegangan demi ketegangan antara Kompeni yang ingin merebut dan pemerintah wilayah setempat yang bersikukuh mempertahankan, puncaknya terjadi pada 25 Januari 1952 dengan peperangan yang dicatat sejarah penuh dengan bingkai kepahlawanan.

Peperangan seru mulai meletus ketika terbenam matahari, 25 Januari 1952. Sebenarnya tidak seru, sebab perbandingan kekuatan kedua belah pihak sangat tidak seimbang. 7ooo tentara Britania yang mengepung kantor kegubernuran Ismailiyah dengan persenjataan lengkap dan canggih mulai dari tank, senjata api, senapan dan bom; menghadapi 800 polisi Mesir yang berjaga.

Dengan persiapan matan dan meyakinkan, Brigadir Exham panglima tentara Inggris begitu yakin akan menuntaskan misi menguasai Ismailiyyah menjadi persemakmuran Kerajaan Britania dan menumbangkan siapapun yang menghalangi dalam waktu dua menit saja.

Namun perkiraan mereka meleset, hanya dengan perlengkapan senjata berupa pistol, polisi Mesir mampu meladeni pasukan Inggris dengan sengit selama dua jam. Dari tukar menukar peluru itu, gugur sebanyak 50 Syahid dan 80 luka-luka dari pihak polisi Mesir. Sementara yang tersisa terus bertahan walaupun pasukan Inggris terus menawarkan opsi agar mereka menggencatkan senjata dan angkat tangan mereka dapat keluar dengan selamat, namun nurani heroisme mereka menolak dan siap mempetaruhkan nyawa demi membela negara sampai walau sampai titik darah terakhir. Pertempuran itu baru usai setelah peluru pasukan Mesir benar-benar habis. Brigadir Exham yang berdecak kagum atas pengorbanan mereka, mempersilakan mereka keluar dengan selamat dan menginstruksikan pasukannya memberikan penghormatan.

Dengan demikian, pasukan Inggris memang memenangi pertempuran dan berhasil menguasai administari provinsi Isma’iliyah dengan menaklukkan kantornya. Tetapi para tentara Mesir yang setelah itu menjadi buronan pasukan Inggris berpencar ke kampung-kampung Ismailiyyah membentuk gerakan bawah tanah.

Sejak kejadian itu pula, rakyat Mesir yang mengetahui kebusukan Inggris yang selama ini berlaku manis, turut berparsitipasi mengusir. Sebelumnya banyak rakyat yang terdaftar menjadi pegawai untuk kamp militer Inggris, sejak kejadian itu, sebanyak 91.572 memilih resign dari pekerjaannya. Produsen dan distributor makanan juga menghentikan kontrak pemasokan makanan kepada sejumlah 80.000 tentara Inggris yang ada di Mesir.

Pada 25 Januari 1952 itu, Mesir memberikan pelajaran berharga bagi Inggris. Iya, Inggris, sang negara penjajah sejati yang jumawa karena telah menjajah negara-negara di setengah belahan bumi. Mesir memberikan mereka pelajaran, bahwa tidak semua dapat digapai dengan modal kekerasan dan persenjataan lengkap. Bahwa ada bangsa Mesir yang tidak pernah gentar menghadapi tank raksasa, bom dan rudal mereka walaupun hanya dengan tangan kosong bermodalkan jiwa patriot, keksatriaan dan nasionalisme. Walaupun harus menumbalkan beribu syahid, Mesir tidak akan bertekuk lutut di hadapan para teroris ini. Dan hingga sekarang, atas darah para syuhada itu, Mesir kini tetap menjadi negara aman dan makmur.

Walhamdulillah!
***
Muhammad Zainuddin

Bagikan :

Artikel Lainnya

Baru Seumur Jagung, Sanggar Seni...
 Baru Seumur Jagung, Sanggar Seni KM-NTB Meriahkan Acara ...
Menilik Dialektika Peradaban; Se...
Menilik Dialektika Peradaban; Sebuah Proses Pendewasaan. Oleh:...
SEJARAH SINGKAT KODIFIKASI KITAB...
  SEJARAH SINGKAT KODIFIKASI KITAB DALAM USUL FIQIH Oleh:...
Cerpen, Kecemassan Guru Seneng
  Kecemasan Guru Seneng Punggungnya melengkung ketika ia ...
Sejarah Ilmu dan Lingkaran Ilmu ...
  “Sejarah Ilmu dan Lingkaran Ilmu (Dâirah al-Ulûm al-Kul...
RAMLAH BINTI ABU SUFYAN
Ummu Habibah lebih memilih Allah dan Rasulullah-Nya di atas se...

Download App KM-NTB Mesir

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Artikel, Update Informasi KM-NTB Mesir Hanya dalam Genggaman

Hubungi kami di : +201550341221

Kirim email ke kaminusatenggaradanbali@gmail.com

Download App KM-NTB Mesir

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Artikel, Update Informasi KM-NTB Mesir Hanya dalam Genggaman