Mendengar nama Hind binti Utbah seakan-akan ingatan tidak terlepas dari kisah beliau ketika masih belum memasuki Islam, lebih rincinya ketika beliau memakan “hati” daripada Sayyidina Hamzah ra. sewaktu perang Uhud. Namun siapa sangka kebenaran kisah ini ternyata terdapat kejanggalan dalam periwayataannya menurut para ulama.
Sebelum berlanjut ke peristiwa ini, ada baiknya kita lebih dahulu mengenal siapa sosok Hind bint Utbah –keridhoan Allah swt. Atasnya-.
Hind bint Utbah merupakan salah satu wanita Arab yang memiiki ketenaran luar biasa sebelum dan setelah islam, ia lah isteri daripada Abi Sufyan ibn Harb, ibu daripada Khalifah Umawiyah “Mu’awiyah ibn Abi Sufyan” .
Cahaya islam mulai menyinarinya tatkala rombongan pasukan Islam dibawah komando Rasulullah saw. berhasil menguasai Mekkah. Dengan kelembutan hati dan kedamaian peristiwa ini, penduduk Makkah pun berbondong-bondong berbaiat kepada Rasulullah saw. termasuk Hindun. Ia memasuki islam setelah islamnya suaminya Abi Sufyan pada malam sebelumnya.
Kisah Pemakan Hati Sayyidina Hamzah ra.
Tidak bisa dipungkiri ketika membaca literatur-literatur sejarah Islam pada masa awal, kita banyak menemukan riwayat bahwasanya Sayyidah Hindun pernah memakan hati Sayyidina Hamzah ketika peristiwa Uhud karena kebengisannya. Meskipun dengan ketenaran kisah ini, namun perlu dilihat lagi dari segi komentar para ulama hadis tentang kebenaran riwayatnya.
Syaikh Abbas Syauman selaku ketua penasihat lembaga fatwa di bawah naungan Azhar menjelaskan kejelasan kisah ini dengan menyebutkan beberapa riwayat dari kisah ini sebagaimana penuturan beliau di salah satu media Mesir (alyoum sabik).
Beliau menuturkan bahwa kisah ini diriwayatkan melalui dua cara, pertama musnad dan mursal.
1. Riwayat Musnad
عن ابن مسعود رضي الله عنه بقصة غزوة أحد، وفيها: «فنظروا فإذا حمزة قد بقر بطنه، وأخذت هند كبده فلاكتها، فلم تستطع أن تأكلها، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أأكلت منه شيئا؟ قالوا: لا. قال: ما كان الله ليدخل شيئا من حمزة النار.أخرجه ابن سعد، وابن أبي شيبة، وأحمد من طريق حماد بن سلمة، عن عطاء بن السائب، عن الشعبي، عن ابن مسعود.
Diriwayatkan dari Ibn Mas’ud ra dalam kisah peperangan Uhud dikatakan:
… lalu para shahabat sama mencari lalu menemukan Hamzah dalam keadaan terbedah perutnya. Hindun telah mengambil kabid (hati/lever) Hamzah dan mengunyahnya, namun dia tak kuasa untuk menelannya. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bertanya, “Apakah dia memakan sesuatu (dari tubuh Hamzah)?” Para shahabat menjawab, “Tidak!” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Tidaklah Allah akan memasukkan sesuatu pun dari jasad Hamzah ke dalam neraka.”
Hadis ini dikeluarkan Ibn Sa’ad, Ibn Abi Syaibah dan Ahmad dari jalur Hammad ibn Salamah dari ‘Atha ibn Al-Saib dari Al-Sya’bi dari Ibn Mas’ud.
Ibn Katsir berkata: “Sanad ini terdapat kelemahan pada ‘Atha ibn al-Saib” Syaikh Abbas menjelaskan kelemahan ini karena ‘Atha telah ikhtilath (melemahnya hafalan). Hal ini juga disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma’. Di dalamnya ia berkata:
“Di dalam riwayat tersebut terdapat ‘Atha ibn al-Saib telah melemah hafalannya kemudian sang perawi dari ‘Atha adalah Hammad ibn Salamah yang masih diragukan mengambil riwayat dari ‘Atha apakah ia meriwayatkannya sebelum atau setelah ikhtilath.”
Imam Ibn Hajar memberikan komentar bahwa Hammad telah mendengar dari ‘Atha dalam dua situasi tersebut. Wallahu a’lam.
Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa sanad ini terdapat dua illat (penyakit) lain juga selain melemahnya hafalan ‘Atha ibn Saib.
Yang pertama, bahwasanya ‘Amir al-Sya’bi tidak pernah mendengar dari Ibn Mas’ud sebagaimana yang dikatakan Abu Hatim begitupula Daruqquthni dan Hakim.
Kedua, di dalam matan hadis terdapat kejanggalan, dalam kata : “Tidaklah Allah akan memasukkan sesuatu pun dari jasad Hamzah ke dalam neraka.”
Ini menjadi janggal karena Hindun telah memasuki agama Islam dan beragama dengan baik, dan Islam menutup kesalahan-kesalahan saat ia masih kafir.
2. Riwayat Mursal
Pertama dari Imam Baihaqi dalam Dalail.
أخرج البيهقي في الدلائل من طريق ابن لهيعة، عن أبي الأسود، عن عروة بن الزبير بقصة أحد، وفيها: «ووجدوا حمزة بن عبد المطلب عم رسول الله صلى الله عليه وسلم قد بقر بطنه، واحتملت كبده، حملها وحشي، وهو قتله وشق بطنه، فذهب بكبده إلى هند بنت عتبة في نذر نذرته حين قتل أباها يوم بدر
Imam Baihaqi dalam al-Dalail menyebutkan riwayat dari jalur Ibn Lahi’ah dari Abi al-Aswad dari Urwah ibn Zubair dalam kisah Uhud, dikatakan didalamnya:
“…mereka menemukan Hamzah ibn Abd Muthalib (paman Rasulullah saw) telah terbedah perutnya, dan Hati/Livernya dibawa oleh Wahsyi, ia juga yang yang telah membunuh dan membedah perutnya. Kemudian ia membawa hati tersebut kepada Hindun bint Utbah karena nazar yang telah ia ucapkan ketika ayahnya terbunuh pada peristiwa Badar”.
Sanad daripada hadis ini lemah karena mursal (terpotong). Penyebab kedhoifannya adalah Urwah ibn Zubair tergolong salah satu tabi’in yang terkenal, kemudian Ibn Lahi’ah terkena ikhtilath setelah terbakarnya kitabnya.
Kemudian kisah ini diebutkan juga Ibn Ishaq dalam kitab Sirahnya. Ibnu Ishaq berkata, “Mengikut cerita yang sampai kepada saya menerusi Saleh bin Kaisan, Hindun Binti Utbah dan perempuan-perempuan lain bersamanya melakukan ‘mutslah’ terhadap sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. yang terbunuh.
Mereka memotong telinga-telinga dan hidung-hidung (sahabat-sahabat yang terbunuh itu) sehingga Hindun menyucuk telinga-telinga dan hidung-hidung orang-orang yang terbunuh itu untuk dijadikan sebagai gelang kaki dan kalung-kalung. Dia memberikan gelang kaki, kalung dan subangnya (anting-anting) kepada Wahsyi, hamba Jubair Bin Muth’im. Dia membelah perut Hamzah dan mengambil hatinya lalu dikunyahnya tetapi tidak dapat ditelannya kerana itu dia memuntahkannya keluar.”
Ibnu Ishaq mendakwa riwayat ini diambilnya dari Saleh Bin Kaisan. Sedang Saleh Bin Kaisan ialah seorang tabi’in kecil dan tsiqah (perawi yang boleh dipercayai) tetapi beliau lahir selepas 70H dan meninggal dunia pada tahun 140H. Dia lebih tua sedikit dari Muhammad Bin Ishaq sedangkan peristiwa peperangan Uhud telah berlaku 70 tahun sebelum kelahirannya. Siapakah pula yang menceritakannya kepada Saleh? Tentu sekali beliau bukan merupakan saksiperistiwa itu dengan mata kepala sendiri. Sudah tentu sekurang-kurangnya seorang yang ‘ghaib’ dalam sanad ini menjadikannya riwayat munqati’. Sebagaimana diketahui riwayat munqati’ tidak boleh diterima (sebagai hujah).
Selanjutnya Ibn Katsir berkata: “Musa Ibn Uqbah menyebutkan bahwa yang telah membedah perut Hamzah ra. Adalah Wahsyi kemudian ia membawanya ke Hindun..” sedangkan Musa ibn Uqbah ini adalah Tabi’in kecil maka riwayatnya menjadi mursal.
Kesimpulannya:
Kisah Sayyidah Hindun memakan hati Sayyidina Hamzah ra. Tidaklah benar alias hanya prasangka semata. Bahkan kisah Wahsyi sebagai pembunuh bayaran pun tidak terbukti benar. Melainkan kebenaran yang sesungguhnya adalah sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Sahihnya, bahwa orang yang menyuruh Wahsyi untuk membunuh Hamzah adalah Jabir ibn Muth’im sebagai bentuk balas dendam atas terbunuhnya pamannya pada peristiwa Badar.
عن جعفر بن عمرو بن أمية الضمري، قال: «خرجت مع عبيد الله بن عدي بن الخيار، فلما قدمنا حمص، قال لي عبيد الله بن عدي: هل لك في وحشي، نسأله عن قتل حمزة؟ قلت: نعم…» ثم قال على لسان وحشي: «إن حمزة قتل طعيمة بن عدي بن الخيار ببدر، فقال لي مولاي جبير بن مطعم: إن قتلت حمزة بعمي فأنت حر…» إلى آخر القصة
Wakil Al-Azhar sebelumnya, Syaikh Abbas Shouman mengakidkan bahwa “Para Ulama berbeda pendapat tentang kisah Hindun ra., sebagaimana yang disebutkan Ibn Ishak dalam Sirahnya, Imam Ahmad dalam Musnadnya begitupula yang dinukilkan dalam kitab-kitab sejarah yang lain, semua penukilan riwayat ini lemah!”
Red. Muhammad Ziaul Haq