kmntb

Apakah Semua Ahlul Fatroh Itu Selamat?

Pertama, sebelum menjawab pertanyaan itu, alangkah baiknya kita mengetahui siapakah yang dinamakan ahlul fatroh.

Imam Al Alusi dalam kitabnya Ruhul Ma’any mengatakan,

“أجمع المفسرون بأن الفترة هي انقطاع ما بين رسولين”

“Para mufassirin sepakat bahwa fatroh itu adalah zaman terputusnya risalah diantara dua rasul”.

Dari sini kita memahami bahwa ahlul fatroh itu adalah orang-orang yang hidup di zaman kosongnya risalah, alias hidup diantara dua rasul, saat rasul pertama diutus, orang-orang tersebut belum lahir ke bumi sampai rasul tersebut wafat, dan ketika rasul berikutnya datang, orang-orang tersebut sudah meninggal dunia..Begitulah gampangnya..

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan masa fatroh bagi bangsa arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw., ada yang mengatakan bahwa zaman fatroh bagi mereka itu dimulai dari wafatnya Nabi Isma’il -alaihis salam sampai diutusnya Nabi Muhammad Saw., pendapat ini diusung oleh beberapa ulama diantaranya Imam Syirbini, Imam Mahally, dll. Mereka berpendapat demikian karena nabi untuk bangsa arab yg terakhir adalah nabi Isma’il -alaihis salam. Adapun Nabi Isa, beliau diutus bukan ke bangsa Arab, melainkan ke Bani Isro’il, dan maklum bahwa nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw itu diutus hanya terbatas pada zona teritorial ummatnya saja, berbeda dengan Nabi Muhammad yang diutus untuk seluruh manusia hingga hari kiamat.

Para ulama yang lain berpendapat bahwa zaman fatroh bagi bangsa Arab itu dimulai sejak diangkatnya Nabi Isa -‘alaihis salam hingga diutusnya nabi Muhammad Saw, diantara yang berpendapat demikian adalah Imam Ibnu Katsir dll..

Setelah itu, kita juga menemukan ragam pendapat dari para ulama mengenai waktu antara diangkatnya Nabi Isa hingga diutusnya Nabi Muhammad Saw., ada yang mengatakan 560 th, 430an th, 599 th, 600an th, dll.

Diantara dua zaman itu, Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa tidak ada satu nabi pun yang diutus ke bumi, Nabi Muhammad Saw. bersabda,

“أنا أولى الناس بابن مريم، و الأنبياء أولاد علات، ليس بيني و بينه نبي” (رواه البخاري).

Dari hadits tersebut, para ulama menyimpulkan bahwa dari sekian ratus ribu nabi yang ada, tidak ada satu nabi pun yg diutus diantara dua zaman itu, jadi dunia saat itu benar-benar kosong dari risalah.

Kemudian, pertanyaannya adalah bagaimana keadaan mereka di akhirat? Apakah semuanya selamat?

Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili dalam kitabnya Ushulul Fiqhil Islamy menyimpulkan bahwa Ahlul Fatroh itu terbagi menjadi tiga : 

1. Orang-orang yang menemukan Allah dengan jiwa dan akalnya yang bersih, pengalaman spiritualnya menuntunnya kepada Allah Swt., dan mereka tidak meyekutukanNya dengan sesembahan apapun, diantara mereka adalah Qis bin Sa’idah Al Ayadi, Uktsum bin Shoifi At Tamimi, Zaid bin Amru bin Nufail dan masih banyak lagi. Mereka semua selamat di akhirat.

Memang di zaman pra Islam saat itu, ada beberapa orang yang diriwayatkan tidak pernah sujud ke berhala sekalipun, dan cerita mereka banyak tertuang di kitab-kitab sejarah, diantaranya adalah Abu Bakar r.a, walaupun beliau nantinya akan masuk Islam, tapi diriwayatkan bahwa beliau tidak pernah sekalipun sujud ke berhala sebelumnya.

Jadi jangan mengira bahwa seluruh orang di jazirah arab adalah penyembah berhala ketika nabi belum diutus.

2. Orang yang menyekutukan Allah Swt., menyembah berhala, membuat syariat baru, mengganti dan merubah ajaran Nabi Ibrohim -alaihiss salam. Diantara yang termasuk dari kelompok kedua ini adalah ‘Amru bin Luhay, dialah yang membawa berhala pertama kali ke jazirah Arab, merubah syariat Nabi Ibrohim dan kemudian menyuruh orang-orang untuk menyembah berhala-berhala itu. Mereka semua diadzab di akhirat. Jiwa dan akal bersih mereka yang sebenarnya bisa menuntun untuk mengenal Allah telah tertutup dan terbalik.

3. Orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dan juga tidak bertauhid kepadaNya, mereka tidak membuat syariat dan agama baru, mereka tidak merubah dan mengganti syariat Nabi Ibrohim -alaihis salam, mereka sama sekali tidak pernah membahas masalah keyakinan, tidak mengerti akan  ketuhanan, dan mereka tidak ikut campur dalam hal-hal berhala,  hidupnya benar benar habis oleh perdagangan mereka, perkebunan, anak-anak, perang dan perkara-perkara lain di luar itu.

Mereka ini -kata Syeikh Wahbah-,

“يرجى لهم النجاة”

[أصول الفقه الإسلامي، ج ١، ص: ١٣٠]

“Keselamatannya diharapkan”.

Yakni berpotensi besar untuk selamat.

Jadi, kesimpulannya adalah tidak semua ahlul fatroh itu selamat.

Banyak dalil yang menjadi landasan para ulama untuk menyimpulkan hal ini, dengan menggabungkan antara ayat Qur’an dengan hadits-hadits shohih yang ada.

Tulisan yang singkat ini tidak mungkin menyertakan semua dalil-dalil itu, semoga rangkuman ini menjadi gerbang pembuka kita ketika membaca ulasan-ulasan panjang dari para ulama nantinya..

Ooiyaa, jangan tanya orang tua nabi di bagian berapa, MEREKA SEMUA SELAMAT..

Semoga bermanfaat..

✒Amru Hamdany

Bagikan :

Artikel Lainnya

Boyean Budaye, sebuah pencapaian...
    Acara Pentas Seni yang diadakan di Teatro Afaq, ...
Boyean Budaye Sebagai Ajang Sila...
    Kairo, 31 Agustus 2024- M. Hibatillah Alhasanin ...
Adakan Pentas Boyean Budaya, Sir...
  Kairo, 31 Agustus 2024 – M. Hibatillah Al – Hasanin sel...
Ribuan Wafidin Penuhi Jami' Al-A...
Ribuan Wafidin Penuhi Jami’ Al-Azhar pada Pembukaan Kade...
Siap Terima Zakat Fitrah; Rumah ...
  Siap Terima Zakat Fitrah; Rumah Amal Adakan Dauroh Zaka...
Nahdliyin Sasak; Bukti Keberagam...
Nahdliyin Sasak; Bukti Keberagaman dan Kesatuan Masyarakat KM-...

Download App KM-NTB Mesir

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Artikel, Update Informasi KM-NTB Mesir Hanya dalam Genggaman

Hubungi kami di : +201550341221

Kirim email ke kaminusatenggaradanbali@gmail.com

Download App KM-NTB Mesir

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Artikel, Update Informasi KM-NTB Mesir Hanya dalam Genggaman