kmntb

Adat Tradisional Lombok; Bau Nyale

Bau Nyale berarti ‘menangkap nyale’. Dan untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan nyale itu, seyogyanya kita flashback tentang sejarah adat ini. Begini ceritanya:
Pada zaman dahulu, ada seorang putri cantik bernama Mandalika yang berhati baik dan berbudi pekerti luhur. Ia adalah anak dari seorang raja yang terkenal pada masanya, Tonjang Beru, dan permaisurinya, Dewi Seranting.
  Cerita tentang kecantikan dan kebaikan hati dari putri Mandalika terus tersebar ke seluruh kerajaan yang ada di Lombok. Hingga pada akhirnya banyak sekali raja atau pangeran yang datang untuk meminangnya.
Sempat terjadi sedikit perkelahian antara beberapa pangeran karena ingin memiliki sang putri sebagai permaisuri. Tetapi reda setelah beberapa waktu, dan putri Mandalika mulai angkat bicara.
Sang putri mengungkapkan bahwa dirinya tidak sanggup untuk memilih salah satu dari pengeran-pangeran itu. Karena ia tahu jika saja ia memilih satu pangeran, tentu pangeran yang lain akan cemburu dan tidak akan terima, dan terjadilah perang. Dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi.
Kemudian putri Mandalika juga berkata bahwa, agar semua orang bisa menikmatinya, ia akan menceburkan diri ke laut untuk menjadi binatang laut berbentuk cacing berwarna-warni yang disebut dengan nyale.
Dan benar saja, sang putri menceburkan diri ke laut bersama dengan tangisan masyarakat dan kekecewaan para pengeran. Dari sinilah para masyarakat suku Sasak di Lombok percaya bahwa nyale tersebut adalah jelmaan dari putri Mandalika tersebut.

Adat ini sudah berjalan turun-temurun di kalangan suku Sasak, bertahun-tahun bahkan berabad-abad yang lalu. Dan hingga sekarang, adat ini pun dimeriahkan dengan berbagai macam pentas dan hiburan-hiburan lainnya.
Festival Bau Nyale ini biasanya diadakan pada awal bulan Februari sampai dengan Maret. Dan penangkapan nyale bisa dilakukan di pantai Kuta, pantai Seger, Kaliantan, dan pantai-pantai lain.
Festival ini hingga sekarang banyak menarik minat pengunjung dan wisatawan domestik maupun mancanegara. Mereka sangat antusias dalam menangkap nyale kemudian dimasak di rumah, atau sebagian mereka memakannya hidup-hidup.

Bagikan :

Artikel Lainnya

Baru Seumur Jagung, Sanggar Seni...
 Baru Seumur Jagung, Sanggar Seni KM-NTB Meriahkan Acara ...
Menilik Dialektika Peradaban; Se...
Menilik Dialektika Peradaban; Sebuah Proses Pendewasaan. Oleh:...
SEJARAH SINGKAT KODIFIKASI KITAB...
  SEJARAH SINGKAT KODIFIKASI KITAB DALAM USUL FIQIH Oleh:...
Cerpen, Kecemassan Guru Seneng
  Kecemasan Guru Seneng Punggungnya melengkung ketika ia ...
Sejarah Ilmu dan Lingkaran Ilmu ...
  “Sejarah Ilmu dan Lingkaran Ilmu (Dâirah al-Ulûm al-Kul...
RAMLAH BINTI ABU SUFYAN
Ummu Habibah lebih memilih Allah dan Rasulullah-Nya di atas se...

Download App KM-NTB Mesir

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Artikel, Update Informasi KM-NTB Mesir Hanya dalam Genggaman

Hubungi kami di : +201550341221

Kirim email ke kaminusatenggaradanbali@gmail.com

Download App KM-NTB Mesir

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Artikel, Update Informasi KM-NTB Mesir Hanya dalam Genggaman