Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Tuan Guru Ruslan; Sederhana dan Penuh Keikhlasan

Latar Belakang Keluarga

Tuan Guru H. Muhammad Ruslan Zain an-Nahly adalah nama lengkap beliau. Bagi kalangan masyarakat, beliau akrab dipanggil Mamiq Guru, Guru, Tuan Guru Ruslan atau ustadż Ruslan, dan bahkan ada yang memanggil beliau dengan nama Abah Ruslan. Lahir di Anjani pada tanggal 17 Jumadil Akhir 1372 H/03 Maret 1953 M. Akan tetapi beberapa hari setelah dilahirkan, beliau diboyong oleh ibundanya ke Kembang Kerang, menetap dan tinggal di sana sampai sekarang.

Beliau merupakan putra pertama dari H. Zainuddin dan Hajjah Fatimah sekaligus putra satu-satunya dari lima bersaudara. Yaitu, Tuan Guru H. Muhammad Ruslan Zain, Hajjah Nur ‘Azizah, Hajjah Khairiyah, Hajjah Selamah, S.Pd, Hajjah Nur Hidayah, S.Ag dan Hajjah Rukaiyah, S.Pd.

Pendidikan

Ruslan kecil memiliki kecerdasan dan dikenal sangat jujur. Sehingga tidak mengherankan, kalau kedua orang tuanya memberi atensi (perhatian) khusus dan menumpahkan kecintaan serta kasih sayang yang begitu besar kepada putra semata wayang ini.

Pendidikan formal Tuan Guru H. Muhammad Ruslan dimulai di Sekolah Rakyat (sekarang SDN 1 Kembang Kerang) selesai tahun 1965, disamping juga memperoleh pelajaran agama di kampung tercinta. Kemudian, beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah Mu’allimin, Pancor, selama 6 tahun (1965-1971).

Pancor saat itu merupakan pusat pendidikan agama Islam di Indonesia kawasan Timur. Hal tersebut tak lepas dari keberadaan madrasah dan lembaga pendidikan sebagai tempat penggemblengan kader-kader pejuang Islam. Pancor terkenal sebagai tempat lahirnya organisasi terbesar di Nusa Tenggara Barat, yaitu Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh al-Maghfurulah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Di sinilah Ruslan remaja mempelajari semua disiplin ilmu keagamaan seperti Tafsir, Hadits, Mantiq, Balaghah, Nahwu, Sharf, Fiqh dan berbagai disiplin ilmu umum lainnya. Pendidikan di Pancor inilah yang membawa Ruslan remaja memperoleh Futuh al-Awwal dari gurunya, al-Maghfurulah TGKHM. Zainuddin ‘Abdul Majid. Dari guru besar inilah, Muhammad Ruslan remaja disarankan untuk belajar ke Makkah al-Mukarramah usai menamatkan studinya di Madrasah Mu’allimin.

Pada waktu belajar di Madrasah al-Shaulatiyah, Tuan Guru H. Muhammad Ruslan banyak mendapat perhatian dari guru-gurunya. Pribadi yang penuh dengan kesederhanaan dan keikhlasannya dalam menuntut ilmu, membuatnya sangat dicintai dan dipuji oleh guru-gurunya. Di antara guru-guru beliau selama di Madrasah al-Shaulatiyah yang mencintai dan memujinya adalah al-‘Allamah Asy-Syaikh Isma’il Zain al-Yamani dan al-‘Allamah al-Syaikh ‘Abdullah al-Lahji. Kemudian beliau pulang ke kampung halamannya pada tahun 1976 M.

Silsilah Keilmuan

Selama belajar di Madrasal Al-Saulatiyah Makkah, Tuan Guru H. Muhammad Ruslan mengisi waktu-waktunya untuk belajar ke banyak ulama. Baik di pengajian-pengajian, majlis-majlis di Masjidil Haram ataupun di Madrasah al-Saulatiyah sendiri. Karakter keilmuan beliau saat ini merupakan hasil tempaan dari guru-gurunya. Di antara masyaikh-masyaikh yang menempa beliau antara lain, Abul Barakat wan Nafahat al-‘Allamah Asy-Syaikh Isma’il Zain al-Yamani, Al-‘Alimul ‘Allamah al-Muhaddits al-Musnidud Dunya Asy-Syaikh Muhammad Yasin al- Fadany, Al-‘Alimul Rabbani al- Faqih al- Muhaddits  Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Sa’id Muhammad ‘Abbadi  al-Lahji al-Hadhrami, Al-‘Allamah Asy-Syaikh ‘Abdul Kariem al-Hindi Pakistan, Al-‘Alimul ‘Allamah Asy-Syaikh Muhammad ‘Iwadh al-Hadhrami, Abul Barakat Wan Nafahat al-Murabbil Kabir al-‘Allamah al-Muhaddits al-Faqih Asy-Syaikh Hasan Muhammad al- Masysyath, Al-‘Alimul ‘Allamah al- Muhaddits Prof. Dr. Asy-Syaikh al-Sayyid Muhammad ‘Alawi al- Makki al- Hasani, dan lain-lain.


Posting Komentar

0 Komentar