Duhai Tuhan, banyak sekali
keluhan hati dan pikiran yang hendak dilontarkan! Apa tujuan puasa kami? Sebatas
lapar dan dahaga kah yang kami dapat? Oh, betapa malangnya kami jika hanya
sebatas itu yang kami dapat! Oh, Tuhan! Pantaskah kami memasuki pintu syurga
yang diberi julukan “Bab Al-Rayyan”, yang dihadiahi bagi para ahli puasa?
Hati ini cemas namun jua penuh harap.
Kami rasa sangat jauh untuk
mendapatkan derajat itu. Banyak hak puasa yang belum tertunaikan. Puasa hati,
puasa nafsu, puasa pikiran, puasa pandangan. Oh, sungguh banyak sekali yang
kami abaikan!
Walau begitu, kami tak akan
menyerah. Kami tahu akan kelimpahan rahmat-Mu yang begitu besar. Rahmat itu
yang senantiasa kami percayai dan harapkan, selalu. Segala kemampuan dan
kekuatan lahir batin, kami hibahkan demi menggapai ridha-Mu. Layaknya seorang petinju
yang tak akan menyerah sebelum benar-benar KO. Layaknya seorang musafir sejati
yang tidak mudah putus asa dan gampang menyerah sebelum benar-benar tiba pada
tujuannya.
Sejenak ku merenung
membayangkan mengalirnya air di tenggorokan dan membasahinya, kemudian menyantap
lauk-lauk yang menggiurkan lidah dan memanjakannya. Oh, betapa nikmatnya
santapan itu!
“Engkau ajarkan kami arti
bersabar, memberi, merasakan betapa susahnya orang-orang miskin yang tak selalu
kenyang setiap hari. Bahkan, Engkau lipat gandakan setiap amal baik yang
diperbuat hambamu.”
Tanganku terus menggores tanpa
mengenal dimana tinta itu akan berhenti. Tanpa kusadari, adzan maghrib
berkumandang, memenuhi setiap penjuru menara kota Kairo. Kulepaskan polpenku. Kuraih
sebiji kurma seiringan dengan lantunan doa. Allahumma laka shumtu wa bika
amantu wa ‘ala rizqika afthartu birahmatika ya arhamar rahimin. Ah, lega
rasanya. Salah satu nikmat yang dijanjikan nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
dalam haditsnya baru saja kami rasakan, “Farhatun ‘inda fithrihi.” Semoga
kelak, kita juga mendapatkan farhatun ‘inda liqai rabbihi. Amin Ya Mujib
al-Sailin.
Kini, shalat siap didirikan,
iqamah dikumandangkan. Kulangkahkan kaki mengisi salah satu shaf. Istaqimu! Seru
Imam memberi komando agar kami bersiap-siap menghadap tuhan, Yang Maha Esa,
Maha Segala. Lantunan al-Fatihah dan ayat yang dibaca imam begitu merdu dan
menyentuh hati, masuk kedalam relung jiwa kami nan paling dalam. Kami coba
hayati, kami coba renungi maknanya.
***
Bulan puasa adalah bulan
pendidikan. Oleh karena itu, giatlah kamu beribadah kepada-Nya, bukan malah
bermalas-malasan! Petuah salah satu masyaikh al-Azhar. Allah ingin puasa
melatih diri dan jiwa kita agar bisa mengendalikan diri, lahir maupun batin.
Semoga lapar kita ini, terbayarkan
dengan nikmat hidangan syurga. Semoga haus kita terobati dengan minuman dari telaga
Kautsar, bersama Sang kekasih, habibina wa sayyidina wa maulana,
Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Semoga Allah terima
semua amalan kita di bulan penuh barakah ini, dan mengampuni dosa-dosa kita. Amin,
Ya Rabbal ‘Alamin
0 Komentar