Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Keistimewaan Karya Imam Ghozali


Sebagai Imam yang bergelar Al-Mujaddid -sebagaiamana yang dipilih oleh beberapa ulama sebagai mujaddid abad ke-5, tentu keluasan dan kedalaman ilmu Imam Ghozali tidak bisa dipandang sebelah mata. Bagaimana tidak?

Karya-karya beliau hampir menjadi bintang rujukan di setiap cabang ilmu yg beliau tulis. Tak dapat dipungkiri..

Bila kita sebut nama Imam Bukhori, Imam Muslim, dan Imam Abu Dawud misalnya, maka yg terlintas pertama kali di benak kita adalah mereka semua itu para Imam dan pakar hadits.

Bila kita mendengar nama Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad, maka dengan singkat pula kita menyebut mereka dengan para fuqoha; yakni ahli fiqih.

Namun ketika kita menyebut nama Imam Ghozali, maka sejatinya kita menyebut sosok alim dengan keluasan dan kedalaman ilmu yg mempesona. Seorang ulama yg mumpuni, filusuf dan sekaligus shufi yg multi talenta.

Pantas dahulu Imam al Haromain -guru beliau- menyematkan kalimat (البحر المغدق) kepada beliau, artinya 'Lautan yg menenggelamkan'..

Murid senior Imam Ghozali -Imam Muhammad bin Yahya juga ikut memberikan penilaian tentang kepakaran sang imam, beliau mengatakan,

(الغزالي هو الشافعي الثاني)

"Imam Ghozali adalah Imam Syafii yg kedua"

Penilaian dan pengakuan dari dua Imam terdekat (guru dan murid) dari Imam Ghozali ini sungguh sudah cukup untuk memberikan kita gambaran bagaimana ilmu beliau yang excellent, selain pujian pujian ulama yg lain.

Sehingga pantas beliau ditunjuk sebagai guru besar di madrasah Nizhamiyyah dan diizinkan mengajar di sana oleh Sulthon Nizomul Mulk, yg saat itu Imam Ghozali berumur 34 tahun..

Mari sejenak kita mentakjubi karya karya beliau yang fenomenal.

Dalam Bidang Fiqih..

Menarik untuk dikaji bahwa di negeri kita, nama Imam al Ghozali lebih dikenal sebagai ahli tasawwuf ketimbang ahli fiqih, orang orang hanya mengenal beliau dari kitabnya Ihya', Minhajul 'Abidin, Ayyuhal Walad dan kitab kitab tashowwuf yang lain, padahal sesungguhnya sebelum menjadi ahli tashowwuf, beliau lebih dahulu menjadi rujukan primer dalam fiqih di zamannya..

Karya karya beliau dalam fiqih benar benar menjadi asupan penting para ulama dahulu, diantaranya yang paling terkenal adalah al Basith, al Wasith, al Wajiz, dan al Khulasoh.

Para pelajar Madzhab Syafii pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah (سلسلة ذهبية) yakni rantai emas kitab-kitab madzhab Syafii dari al Umm hingga turun ke bawah, dan luar biasanya, 3 kitab Imam Ghozali diatas mendapatkan porsi penting dalam rantai emas tersebut.

Kitab beliau al Wasith, benar benar menjadi poros dalam pembelajaran fiqih Syafii dahulu, tidak ada alim yang faqih kecuali pasti melewati jembatan al Wasith-nya Imam Ghozali.

Sehingga dahulu para ulama kerap saling menyematkan nama (الواسطي) bagi mereka yg mengkaji dan mengkhatamkan kitab al Wasith berkali kali..

Sebut saja Imam Nawawi -Syeikhul Madzhab, siapa yang tidak mengenal beliau, ternyata fiqih beliau ditempa dan dibentuk dengan kitab al Wasith nya Imam Ghozali. Dari 12 pelajaran harian Imam Nawawi, 2 pelajaran diantaranya adalah mengkaji kitab al Wasithnya Imam Ghozali. 

Beliau benar benar memutqinkan karya sang Imam yang satu ini, sehingga dikatakan bahwa beliau pernah mengkhatamkan kitab berkah ini sampai 400 kali dalam hidupnya. Masya Allah..

Belum lagi kita membahas kitab beliau 'al Wajiz', kitab yg benar benar menarik perhatian dua Syaikh madzhab dalam fiqih Syafii (Imam Rofi'i dan Imam Nawawi), kitab inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Minhajut Tholibin dan Roudhotut Tholibin karya Imam Nawawi yang berlanjut melahirkan kembali ratusan syarahnya. Benar benar kitab penuh berkah.

Tidak kalah penting, dalam bidang Ushul Fiqih, karya karya Imam Ghozali selalu menjadi bahan ajar utama di berbagai kampus dan majelis di seluruh dunia Islam, bagaimana tidak?.

Kehebatan sang guru -Imam al Haromain- benar benar diwarisi oleh imam Ghozali dalam meracik kaedah dan menghimpun maklumat. Sehingga kitab beliau dalam bidang ini menjelma menjadi kitab acuan penting dalam membentuk nalar ushuli yang sebenarnya.. 

Salah seorang senior dahulu pernah bertanya kepada Syeikh Wahbah Zuhaili -Syeikh Ensiklopedi dunia dalam ilmu Fiqih belakangan ini-,

"Apa rahasia supaya kita bisa menguasai fiqih seluas antum sayyidi?", beliau menjawab, "ingat dan lakukan pesan sy ini, kamu wajib membaca 4 kitab ini.."

Beliau menyebut 4 kitab; Bidayatul Mujtahid, karya Imam Ibnu Rusyd; I'lamul Muwaqqi'in, karya Imam Ibnu Qoyyim; Qowa'idul Ahkam fi Masholihil Anam, karya Imam 'Izz bin Abdis Salam dan terakhir kitab al Mustashfa, karya Imam Ghozali..

Al Musthsfa ini kitab agung dalam Ushul fiqih, saking hebatnya, kitab ini belum layak dipelajari oleh sembarang orang, bukan karena ada apa apa, pembahasannya yang dalam dengan racikan khas ilmu kalam menuntut para tholib harus menguasai dengan dalam beberapa ilmu alat seperti ilmu bahasa, ilmu mantiq dan ilmu kalam, jika tidak, maka ia akan sangat sulit memahami isinya..

Sehingga kitab ini baru dipelajari di al Azhar, pada jenjang pascasarjana S2 pada jurusan ilmu Ushul Fiqih -Sebagaimana info dari seorang senior. Qultu: benar benar kitab yang berbobot.

Sangat menggambarkan dalamnya ilmu sang Imam.

Dalam dekapan Imam Juwaini pulalah kemampuan Imam Ghozali dalam berkarya semakin mumpuni, lahir juga di tangan beliau kitab al Mankhul dalam bidang ushul fiqih.

Dahulu, ketika kitab ini disodorkan ke sang guru untuk diteliti, beliau berkomentar, "kau telah menguburku padahal aku masih hidup, tak sabarkah engkau sampai aku mati?", meski demikian sang Imam tetap mulazamah dengan sang guru sampai beliau wafat.

Ini baru dua bidang ilmu, kita belum berkenalan karya-karya fenomenal beliau dalam bidang 'aqidah, tashowwuf, mantiq, filsafat dan bidang bidang yang lain. Dan hebatnya, semua itu selalu dijadikan bahan ajar di kampus maupun di halaqoh-halaqoh masjid..Insya Allah lain kali..

Semoga ini bisa menjadi gerbang pembuka untuk semakin dekat dengan sang Imam dan hidup bersamanya dengan kitab kitab beliau.

Sangatlah pantas, jika gelar al Hujjah diberikan kepada beliau atas seluruh pencapaiannya..

Dari sini, masa sih semudah itu kita percaya jika ada yg bilang Imam Ghozali tidak begitu paham hadits sebagaimanana yang sering disematkan ke beliau?..

Alhamdulillah para ulama kita telah menjawabnya..

✒Amru Hamdany

Posting Komentar

0 Komentar