Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Monthly Adat: Tradisi Ngejot; Wajah Toleransi di pulau Bali

Monthly Adat: Tradisi Ngejot; Wajah Toleransi di pulau Bali

Ngejot, sebuah tradisi mengantar makanan ke tetangga, merupakan kebiasaan yang masih dipertahankan masyarakat Bali hingga sekarang. Tradisi ini dilakukan setiap menjelang perayaan Galungan bagi umat Hindu, dan Idul Fitri bagi umat Islam.

Kata "ngejot" sendiri merupakan istilah dalam bahasa Bali yang memiliki arti "memberi." Jenis pemberiannya bisa berupa makanan, jajanan, atau buah-buahan.

Tradisi ngejot dipercaya sudah hadir sejak ratusan tahun silam. Ketika itu, wilayah desa Angantiga, daerah tempat ngejot berasal, dikuasai kerajaan Hindu. Beberapa waktu kemudian, masyarakat pendatang yang beragama Islam dari Bugis datang dan tinggal di daerah tersebut.

Catatan Menyama Braya dalam "Pluralitas dan Integrasi Sosial Bali" mendeskripsikan bagaimana Islam pertama-tama masuk Bali. Islam dikisahkan datang ke Bali pertama-tama dalam rangka mengiring raja, bukan untuk menyebarkan agama. Umat Islam disambut baik oleh para pemimpin di kerajaan Bali saat itu, yaitu dengan diberi tempat tinggal, tanah pertanian, dan juga tempat untuk mendirikan masjid.

Tidak ada raja di Bali yang menekan umat Islam agar mengganti keyakinannya menjadi penganut Hindu. Adanya peran raja-raja di Bali tersebut semakin mengokohkan eksistensi kehadiran Islam di Bali dan sekaligus menjadikan masyarakat Hindu di Bali terbuka serta bersahabat terhadap muslim. Hubungan dekat ini di Bali disebut sebagai ‘nyama selam’ yang artinya "saudara Islam."

Untuk saling menjaga kerukunan antara pengikut kedua agama tersebut, masyarakat berusaha membangun toleransi dengan saling membantu dan berbagi makanan ketika hari raya keagamaan mereka masing-masing. Tradisi ini yang sampai sekarang masih dilestarikan dan diistilahkan dengan ngejot.

Secara ekonomis, bingkisan ejotan (Sebutan makanan Ngejot) mungkin tak seberapa. Akan tetapi, makna simboliknya sangat besar. Dari tradisi ini, masyarakat Bali bisa memupuk modal sosial antar tetangga dan kerabat meski berbeda agama dan mampu mempererat hubungan baik yang memiliki agama yang berbeda atau ras yang berbeda.

Tradisi Ngejot sebagai simbol kerukunan antarumat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis. Tradisi ini juga sebagai simbol kemesraan dan tali persaudaraan antara Hindu dan Islam di tanah Dewata.

Salah satu bentuk akulturasi budaya tersebut merupakan upaya masyarakat Bali berdamai dengan perbedaan. Nilai antaragama satu dengan yang lain bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus saling meniadakan.

#adatbudayanusantara
#Kabinetmeditasi
#KMNTBMESIR

Posting Komentar

0 Komentar