![]() |
Senin, 10 Februari 2020 |
Ada beberapa tema pembahasan menarik yang dikaji pada kesempatan ini, mulai dari kisah islamnya Sayyidina Umar ibn Khattab sampai dengan peristiwa paling bersejarah yang dialami Rasulullah saw. dan para sahabat yaitu hijrah dari kota Mekkah menuju Yatsrib yang nantinya lebih dikenal dengan nama “Madinah al-Munawarah”.
Mungkin pada ulasan singkat ini, hanya akan membahas tentang beberapa hal yang menjadi penekanan berdasarkan penjelasan Syekh Izzuddin saja, sedangkan untuk selebihnya bisa ditemukan lebih detail di dalam kitab.
Poin pertama:”Keagungan Alqur’an Ketika Masuk ke Hati yang Bersih”
Dalam hal ini, begitu banyak kisah yang menunjukkan bagaimana kedahsyatan kalam Ilahi ketika dibacakan dengan hati yang bersih, maka akan masuk pula ke hati.
Lihat bagaimana Alquran dengan beberapa ayat dari surah Thaha saja sudah bisa membuat Sayidina Umar yang terkenal begitu ganasnya pada masa Jahiliyah, tunduk dan tertegun mendengar lantunan ayat yang dilantunkan oleh Khabbab, suami saudarinya. Kemudian bagaimana seorang tokoh pembesar Quraisy yang juga sebagai penyair terkenal pada masa Jahiliyah bernama Thufail ibn ‘Amru al-Dusi bisa berubah pandangan tiga ratus enam puluh derajat ketika mendengarkan potongan ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah saw., bahkan ia sendiri lah yang kembali mendakwahi kaumnya untuk masuk ke dalam agama Islam. Tidak lupa pula kisah Sayyidina Abi Bakar ketika setiap melantunkan ayat demi ayat Alqur’an, air mata beliau selalu jatuh bercucuran tak terbendung sampai-sampai kaum musyrik terheran bahkan sebagian dari mereka berjatuhan tidak sadar diri dengan apa yang mereka saksikan. Dalam kitab dituliskan:
كان أبو بكر رجلا بكاءً لا يملك عينيه إذا قرأ القرآن
Inilah contoh sebagian kecil keagungan Alqur’an ketika ditadabburi dengan hati yang bersih.
Poin kedua: “Keadilan Rasulullah saw. Tidak Sebatas Kepada Muslim Saja”
Dalam konsep ini, tercermin dari perbuatan Rasulullah saw. kepada salah seorang penyair “al-Mukhadhramin” terkenal bernama Umayyah ibn al-Shalt. Dalam perkataannya kepada Umayyah seseorang yang kafir ini, Rasulullah saw. mengatakan:
آمن شعره وكفر قلبه
Dalam potongan kata-kata ini, tercermin bahwasanya Rasulullah saw., mengapresiasi kelebihan yang diberikan kepada Umayyah dalam bentuk syair yang begitu indah walaupun sebenarnya ia kafir. Syekh Abdullah Izzuddin juga beerkata: “Ini lah seharusnya cara kita bermuamalah selaku manusia, antara muslim dan non-muslim, meletakkan timbangan keadilan pada tempatnya”.
Poin ketiga: “DakwahKepada Allah swt. Menuntut Kesabaran”
Sesaat setelah meninggalnya paman tercinta dari Rasulullah saw, yaitu Abu Thalib, kaum Quraisy semakin menjadi-jadi untuk menyiksa beliau. Dipilih lah Thaif sebagai opsi untuk mencari perlindungan dari banyaknya siksaan di Mekah. Dalam kisah perjalanan Rasulullah saw. menuju jota Thaif (Waj) bersama Sayidina Zaid ibn Haritsah pada akhir bulan Syawal tahun kesepuluh setelah pengutusan beliau menjadi rasul itu, beliau banyak sekali mendapatkan kejadian yang membuat hati bersedih.
Berharap mendapatkan balasan yang baik dari dakwah yang dilakukannya, Rasulullah saw. Malah mendapatkan cercaan bahkan siksaan yang begitu menyakitkan. Dalam kitab diceritakan bahwasanya beliau dilempar dengan batu sampai beliau berhenti di salah satu pohon kurma untuk beristirahat dari sakitnya. Apa yang beliau temukan di Thaif ini terhitung sebagai kejadian yang paling menyakitkan bagi beliau dalam berdakwah. Dalam kondisi tubuh yang bercucuran darah, beliau tanpa membalas sedikit pun, melainkan berdoa kepada Allah swt. (teks do’a lihat di kitab)
Selepas berdoa maka Allah mengutus malaikat penunggu gunung meminta untuk menimpakan gunung tersebut diatas kaum Thaif yang telah menyakiti Rasul saw., maka Rasulullah berkata: “Aku mengharapkan ada dari keturunan mereka yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya”.
Benar saja setelah lama berlalu, ada salah seorang penduduk Thaif bernama ‘Addas suatu ketika melihat Rasulullah saw. sebelum makan membaca bismillah. Ia terheran dengan perkataan itu, menurut pengetahuannya, ini adalah salah satu tanda kenabian. Maka setelah itu ia bersyahadat di depan Rasulullah saw, mencium tangan dan kakinya melihat bagaimana indahnya akhlak Rasulullah saw.
Point keempat: “Muslim Bertanggung Jawab Atas Semua Alam”
Dalam risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw mencangkup semua umat manusia, tidak terbatas hanya pada suatu tempat, kaum bahkan suku tertentu. Bagaimana Rasul menggutus para sahabatnya ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan dakwah Islam walapun harus meeninggalkan tanah kelahiran, harta dan juga keluarga.
Syekh Abdullah Izzuddin mengatakan: “Kita saat ini hanya bisa menikmati hasil susah payah pendahulu kita, apa yang bisa kita beri untuk agama ini? Kalau bukan karena kegigihan para sahabat dan ulama nenek moyang kita bahkan mungkin sampai dengan kita tidak akan menikmati indahnya Islam”. Beliau juga menyarankan untuk lebih sering membaca sejarah penyebaran Islam khususnya di neegara masing-masing. Karena ini akan menumbuhkan hakikat Islam itu sendiri, bukan seperti sangkaan banyak orang dari golongan orientalis sat ini.
Poin keempat: “Membantu Sesama Semata-Mata Karena Allah swt.”
Kisah heroik lainnya yang begitu menyentuh hati ketika para sahabat harus meninggalkan anak dan isterinya di Mekah, salah satunya adalah Ummu Salamah. Ketika ia berniat menyusul suaminya Abu Salamah yang sudah mendahului di Madinah, ia berjalan sembari menggendong anaknya ingin berhijrah. Pada saatberada di Tan’im ia bertemu dengan sahabat Utsman bin Thalhah. Melihat apa yang sedang dilakukan Umu Salamah, Utsman bin Thalhah segera mengambil untanya kemudian menyuruh Umu Salamah dan anaknya menaiki unta tersebut. Ia menuntunnya menuju Madinah dengan berjalan kaki. Sesampai di Madinah Umu Salamah bertemu dengan keluarganya, sahabat Utsman bin Thalhah kembali lagi menuju Mekah tanpa meminta imbalan sepeserpun.
Tidak terbayang bagaimana Utsman bin Thalhah melakukan perjalanan sejauh –kurang lebih- 500 Km hanya untuk meengantar seorang wanita bersama anaknya menuju Madinah, kemudian kembali lagi ke Mekah dengan percuma. Apa yang ia harapkan? Kalau materi mungkin tidak berarti apa-apa. Tidak lain adalah ridha dan ganjaran di sisi Allah swt. lah yang ia harapkan.
Poin Kelima: “Cinta Terhadap Negeri”
Ketika hendak meninggalkan Makkah menuju Madinah, Rasulullah saw, berdiri menghadap Makkah deenegan jiwa yang bersedih mengatakan:
ما أطيبك من بلد وأحبك إلي ولو لا أن قومي أخرجوني منك ما سكنت غيرك
“Begitu indahnya engkau negeriku, dan begitu aku cintai, kalau bukan karena kaum ku mengusirku, aku tidak akan menempatinya selain mu”
Poin keenam: “Keagungan Sayyidina Abu Bakar Ketika Hijrah”
Dalam peristiwa hijrahh ke Madinah, Rasulullah saw. mengabarkan bahwasanya ia akan ditemanioleh Sayidina Abu Bakar. Mendengar kabar itu, Sayidina Abu Bakar bersujud dan menangis gembira bahwasanya ia lah yang akan menemani Rasulullah dalam hijrahnya.
Sewaktu perjalanan, Sayidina Abu Bakar berjalan terkadang di depan Rasulullah dan terkadang di belakangnya. Ini bagian dari bentuk kecintaan dan penjagaan beliau kepadanya saw. Tak lupa pula kejadian luar biasa yang terjadi di gua Tsur, bersembunyi dari kejaran kaum musyrik Makkah.
Sayyidina Umar mengatakan: “Demi Allah, malam itu –di gua Tsur – adalah sebaik-baik malam, lebih baik daripada aku dan keturunan ku” Ini bentuk dari kemuliaan syuhbah Rasulillah saw.
Itulah mengapa –kata Syekh Izzuddin – : “Satu-satunya sahabat ketika kita ingkari kebersamaannya bersama Rasulullah saw. maka kita menjadi kafir yaitu Sayidina Abu Bakar ra. karena ini tertera di dalam Alquran dan mengingkari Alqur’an hukumnya kafir”.
1 Komentar
Maaf banyak typo
BalasHapus