Intisari oleh: Alfaini Faqihi (Anggota D. Keilmuan)
Bismillahirrahmanirrahim.
Dalam majelis mingguan bersama Syaikh Abdullah Izzuddin pada hari Senin, 17 Februari 2020 membahas sub bab seputar gambaran kota Madinah sebagai tempat hijrahnya Nabi sampai dengan turunnya perintah untuk berpuasa.
Dalam resume kali ini akan dipaparkan beberapa poin penting tentang pembahasan tersebut.
A. Gambaran Madinah Sebagai Tempat Hijrahnya Rasulullah SAW
Yatsrib atau yang kita kenal saat ini dengan sebutan Madinah adalah tempat yang dipilihkan Allah SWT untuk hijrahnya Rasulullah SAW. Di kota inilah Rasulullah SAW kembali menyiarkan da’wah Islam setelah da’wah beliau di Makkah. Madinah adalah kota yang subur, penduduknya ramai akan berbagai agama dan kebudayaan, lain halnya dengan Makkah yang hanya memiliki satu tabiat dan satu agama pula.
• Kaum Yahudi
Ada 3 suku besar yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu bani Qainuqa’, bani Nadir dan bani quraizah. Tiga suku besar ini adalah penguasa di Madinah, dan tidak lain hubungan mereka adalah permusushan saling berperang satu sama lain, hal ini disebutkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 84-85.
Adapun kebiasaan orang-orang yahudi ini adalah sihir, keunggulan mereka dalam membuat sihir tidak diragukan lagi, bahkan mereka melombakannya antara satu sama lain, hal ini juga disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 102. Dan juga diantara kerasnya muamalah antar sesama, kaum yahudi mempunyai tabiat saling meminta jaminan dan riba, jaminan disini bukan hanya berupa uang dan barang-barang saja melainkan wanita dan anak-anak pun mereka mintakan sebagai jaminan pula.
Syaikh Izzuddin menjelaskan bahwasanya adat-adat Yahudi seperti ini masih bisa kita lihat sampai dengan saat ini. Menghalalkan segala cara agar bisa mencapai tujuannya, contohnya saja melegalkan semua jenis perdagangan mulai dari manusia, bangkai, riba dan lainnya. Ini semua karena tidak ada pegangan pasti /wahyu yang mereka miliki. Selain itu juga mereka menolak untuk meyebarkan agamanya karena mereka berkeyakinan Yahudi adalah sebuah agama untuk golongan tertentu saja, mereka menyebutnya “Sya’bullah al-Mukhtar”.
• Agama Penduduk Madinah
Sebelum datangnya Islam, mayoritas penduduk Madinah menyembah berhala. Penduduknya sangat fanatik dengan agama nenek moyang mereka, sesembahan mereka bernama “manat’ seperti halnya orang-orang Thaif menyembah “Laata” dan “uzza” sembahannya orang Makkah. Tetapi diceritakan dalam kitab ini bahwa sembahannya orang Madinah tidak begitu menyebar luas seperti penduduk Makkah yang hampir di setiap rumah ada berhala khusus. Penduduk Madinah hanya punya 2 hari khusus untuk berkunjung menyembah sembahan mereka yakni manat, akan tetapi ketika Rasulullah SAW di Madinah 2 hari khusus yang mereka gunakan untuk menyembah diganti dengan hal yang jauh lebih baik yaitu Idul fitri dan Idul Adha. Rasulullah SAW bersabda:
قد أبدلكم الله تعالى بهما خيرا منهما، يوم الفطر والأضحى
“Sungguh Allah telah mengganti 2 hal tersebut dengan yang lebih baik yakni hari idul fitri dan idul Adha”.
• Perekonomian dan Peradaban Penduduk Madinah
Allah SWT menganugerahkan kota Madinah dengan tanah dengan tingkat kesuburan yang tinggi dan air yang sangat memadai sehingga di kota ini banyak terdapat kebun. Madinah adalah kota yang subur dan mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam, kurma dan anggur menjadi penghasilan terbesar mereka. Diceritakan bahwa kota ini seperti surganya pohon kurma dan anggur dikarenakan keberlimpahannya dengan 2 buah ini, pohon-pohon yang menjulang tinggi dan yang pendek, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang, tidak salah jikalau diumpamakan seperti surganya karena memang sangat berlimpah. Kurma di Madinah bermacam-macam ragamnya dikarenakan perbedaan hujan yang ada di kota ini, sehingga mata pencaharian mereka selain bercocok tanam adalah berdagang.
Di Madinah juga terdapat banyak industri, mereka juga memiliki banyak perhiasan dari emas dan perak, juga berbagai macam jenis wangi-wangian. Penduduk Madinah memang penduduk yang kaya karena kesuburan tanah yang dimiliknya dan jumlah penduduknya juga tidak terlalu banyak. Keberlangsungan hidup mereka pun sangat memadai sehingga sebagian besar memili rumah yang bertingkat-tingkat.
Dengan perekonomian yang sangat pesat, tidak mengherankan kota Madinah memiliki banyak sekali pasar yang digunakan untuk bertransaksi, namun yang paling terkenal adalah pasar bernama Suq Bani Qainuqa’.
B. Rasulullah SAW Hijrah ke Madinah
• Bagaimana Rasulullah saw. disambut di Madinah?
Kaum Ansar sangat antusias dengan kabar kedatangan Rasulullah SAW ke kota mereka, setiap selesai shalat subuh mereka pergi ke tepian Madinah menunggu kedatangan Rasulullah SAW, mereka tidak beranjak dari penantian mereka hingga matahari terbenam dan konon pada waktu itu musim panas, akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing karena Rasulullah tak juga datang.
Tatkala kaum Ansar telah beranjak dari penantian mereka, tibalah Rasulullah SAW di kota itu. Orang pertama yang melihat kedatangan beliau adalah seorang laki-laki yahudi dan kemudian orang itu berteriak sekencang-kencangnya memberitahukan kaum Ansar akan kedatangan Rasulullah SAW, kemudian kaum Ansar berlomba-lomba keluar menemui Rasulullah SAW. Pada saat itu Rasulullah SAW bersama Abu Bakar Ra, kebanyakan dari mereka tidak pernah melihat Rasulullah SAW sebelumnya.
Rasulullah SAW ramai dikelilingi oleh orang-orang, para penduduk Madinah keluar menyaksikan kedatangan beliau, para lelaki dan perempuan naik ke atas rumahnya dan menyeru wahai Muhammad! wahai Rasulullah! Wahai Muhammad! Wahai Rasulullah!! Barra’ bin Azib berkata: “Saya tidak pernah melihat penduduk Madinah bahagia seperti bahagianya mereka dengan (kedatangan) Rasulullah SAW”. Penduduk Madinah sangat bahagia dan para wanita-wanita kaum Ansar mendendangkan nyanyian menyambut kedatangan beliau:
طلع البدر علينا **** من ثنيات الوداع
وجب الشكر علينا **** ما دعا لله داع
أيها المبعوث فينا **** جئت بالأمر المطاع
Sayyidina Anas Bin Malik Al-Anshari kala itu di umurnya yang masih belia berkata: “Aku menyaksikan hari dimana Rasulullah saw. memasuki Madinah. Aku tidak pernah melihat satu hari pun yang lebih indah dan bersinar dari hari dimana Rasulullah saw. datang kepada kami”.
• Hari Pertama Rasulullah SAW Shalat Jum’at di Madinah
Rasulullah SAW mendapati hari jum’at pertama di Madinah adalah di masjid Quba setelah 4 hari beliau disana, dan Rasulullah SAW mendirikan shalat jum’at pertama di Madinah.
• Rasulullah SAW di Rumah Abi Ayyub Al-Anshari
Ketika Rasulullah SAW keluar ke sekeliling kota Madinah dan orang-orang memanggil beliau seraya meminta beliau tinggal di tempat mereka berapapun jumlahnya. Akan tetapi Rasulullah terus berjalan, hingga ketika beliau melewati penduduk bani najjar dan mereka menyambut Rasulullah SAW dengan gendang (kasidah):
نحن جوار من بني النجار **** يا حبذا محمد من جار
Hingga sampailah Rasulullah SAW di rumah malik bin najjar, yang saat ini tempat pintu masjid Nabawi, kemudia Rasulullah SAW turun dari untanya dan Abu Ayyub menuntut beliau ke rumahnya menjamu dan memuliakan Rasulullah SAW. Disinilah keindahan akhlak Rasulullah SAW, tatkala Abu Ayyub dan keluarganya mempersilahkan beliau untuk duduk di atas, beliau lebih memilih di bawah duduk bersama keluarga Abu Ayyub.
• Misi Rasulullah SAW di Madinah
Disinilah Rasulullah SAW melanjutkan Da’wah beliau dengan langkah pertama beliau adalah mendirikan masjid Nabawi dan tempat tinggal, kemudian mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, menetapkan untuk dikumandangkan Azan setiap Waktu Shalat, pergantian kiblat dari baitul Maqdis ke Ka’bah. Dan di kota ini pula terjadi banyak kejadian-kejadian seperti munculnya orang munafik di Islam, terjadi peperangan, munculnya musuh Islam yaitu Yahudi, dan lain-lain.
0 Komentar