Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Evaluasi Try-Out dan Tips-Tips Menghadapi Ujian Tahdidul Mustawa



Camaba Universitas Al-Azhar 2020 asal Indonesia yang diperkirakan jumlahnya mencapai 1200 orang secara berangsur telah tiba semuanya di Kairo. Agenda terbesar paling dekat yang akan dihadapi sebagaimana setiap camaba sejak lima tahun terakhir adalah Ujian Tahdidul Mustawa (Penentuan Level) di Markaz Al-Azhar Li Ta’līm al-`Arabiyyah li Gheir al-Nāthiqīn Bihā, lembaga matrikulasi Bahasa Arab yang diwajibkan kepada camaba sebelum memasuki bangku Universitas Al-Azhar agar nantinya matang menerima pelajaran dalam pengantar Bahasa Arab. Untuk Camaba 2020, Ujian Tahdidul Mustawa dijadwalkan akan dilangsungkan pada 23 Januari 2020. Artinya, tersisa hanya satu hari lagi dari sejak tulisan ini diangkat.
Untuk memberikan persiapan dan gambaran bentuk ujian, KM-NTB Mesir mengadakan Try-Out dan Bimbel dalam dua hari: Selasa dan Rabu, 21 dan 22 Januari 2020 bertempat di sekretariat. Walaupun kurang tepat disebut bimbel, karena waktu yang sangat mepet, sehingga tidak dapat mengefektikan dua hari ini untuk meningkatkan kemampuan yang dibawa para camaba dari pesantrennya di Indonesia.
Dari ujian percobaan yang diberikan kepada Camaba sejumlah 25 orang, di sini rasanya perlu tim pengoreksi jawaban peserta try-out memberikan beberapa catatan penting sebagai bahan evaluasi dan barangkali menjadi tips ketika menghadapi soal ujian besok:
1)      Kurang pemahaman terhadap perintah soal
Ada ungkapan terkenal فهم السؤال نصف الجواب “Pemahaman yang benar terhadap tuntutan soal, itu adalah setengah jawaban.” Gagal paham terhadap soal terkadang lumrah dialami peserta ujian, tetapi akibatnya akan sangat fatal. Maka usahakan mengenal tipe-tipe soal dengan merujuk kepada soal-soal tahun sebelumnya, dan usahakan untuk membaca dengan seksama sebelum mulai menjawab!
Berikut beberapa contoh model kasus perintah soal yang sering disalah pahami dalam ujian kemarin:
a.       Membedakan Dhidh (lawan kata) dan Muradif (persamaan kata).
Ini salah satu format soal yang selalu ada dalam ujian kemampuan bahasa. Maka jangan sampai salah dan ketuker dalam memahami perintah soal.
b.       Perintah menggaris bahawi ضع تحتها خط
Ketika model soal demikian, beberapa peserta try-out menuliskan jawaban. Padahal perintahnya hanyaMenggaris Bawahi SAJA!”
c.       Perintah membenarkan صحح الجمل الآتية
Sebisanya untuk tidak menjawab lebih dari tuntutan. Cukup benarkan yang salah, tanpa perlu mengi’rab.
d.       عيّن نوعا من المفعول
Tuntutan dari soal di atas bukan menentukan mana kata yang menjadi maf’ul dalam satu kalimat. Akan tetapi menentukan apakah dia maf’ul bih, atau maf’ul muthlaq, atau maf’ul ma’ah, atau maf’ul li ajlihi.
2)      Kemahiran dalam Qawa’id tidak menjamin mahir dalam Maharah lainnya
Secara umum, jawaban peserta ujian dalam soal-soal Qawaid Nahwiyyah dapat dikatakan baik. Barangkali ini karena metode pengajaran di madrasah yang hanya menekankan sisi gramatikal. Sayangnya, jawaban atas soal-soal yang lain seperti Qiroah, Balaghah, Sharfiyyah masih terbilang mengecewakan.
3)      Kekurangan kosa-kata:
Kosa-kata adalah bahan terpenting dalam kemahiran berbahasa. Tetapi bekal sebagian peserta dalam mufradat masih minim. Tidak mesti dengan menghafal, dengan memperbanyak baca, buku turats, modern termasuk koran harian, akan membantu meningkatkan perbendaharaan kosa kata.
4)      Permasalahan dalam Maharah Qiro’ah
Sebagaimana halnya ujian nasional Bahasa Indonesia, sebenarnya jawaban dari pertanyaan terdapat pada teks paragraf yang diberikan. Sehingga tidak perlu repot berijtihad mencari jawaban baru. Cukup mencermati baik-baik teks paragraf dan menyesuaikan dengan pertanyaan soalnya.
5)      Kekurangan dalam Tasmi’
Permasalahan lumrah semua anak baru, kekurangan sensitivitas dalam mendengar. Ini dapat diakali dengan memperbanyak menonton video-video berbahasa Arab Fusha di Youtube.
6)      Standar Qawa’id yang digunakan
Apabila kebanyakan santri di sebagian pesantren di Indonesia dibekali ilmu tata bahasa Arab dengan standar Matan Ajurrumiyah, untuk standar yang diterapak dalam ujian dan materi yang diajarkan Markaz Lughah ini mengikuti perkembangan ilmu Bahasa Arab terkini. Untuk pemula, ini dapat dirujuk dari buku-buku gramatikal Arab modern seperti Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah oleh Mustofa al-Ghalayini, al-Nahwu al-Wadhih, dan serial al-Kāfi oleh Dr. Aiman Amin. Beberapa contoh kaidah yang sering ditanyakan dan belum dipelajari oleh sebagian besar santri adalah:
a.       Kam Istifhamiyyah dan Kam Khabariyyah
b.       ‘Adad dan Ma’dud (nominal jumlah dan satuannya dalam muzakkar-muanntas)
c.       Isim Ghairu Munsharif
d.       Jama’ Taksir: karena kaidah merubah isim mufrad menjadi jama’ taksir adalah sama’i, maka perlu pengetahuan lebih lanjut dalam kaidah transformasi ini.

Tips-Tips tambahan:
1.       Membaca muqoror DL dari kaka senior dan berkonsultasi ke senior.
2.       Latihan menulis (insya)
Walaupun insya adalah skill tingkat lanjut, setidaknya dapat mempelajari dasar dengan mengetahui cara mengawali paragraf, isi pargrag dan kalimat penutup. Dalam menyusun paragraf deduktif dengan mengembangkan gagasan utama ke kalimat-kalimat penjelas.
3.       Menenangkan kondisi psikologis
Salah satu aspek yang tidak boleh dikesampinngkan adalah mempersiapkan mental. Menghadapi ujian ini dengan percaya diri dan dapat memberikan yang paling maksimal.
4.       Perlunya menaati persoalan-persoalan teknis, misalnya:
a.       Memakai pulpen biru.
b.       Membawa identitas lengkap.
c.       Membawa jam tangan.

Cukup sekian, evaluasi dan tips-tips dari panitia.
Selamat menempuh ujian Tahdidul Mustawa! Bittaufiq wan Najah!

Posting Komentar

0 Komentar