Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Monthly Profile II: TGH. Musthafa Umar Abdul Aziz

TGH. Musthafa Umar Abdul Aziz: Pendiri Pondok Pesantren al-Aziziyah, Kapek, Gunungsari, Lombok Barat, NTB

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengamalkannya," sabda Rasul.

Ini adalah salah satu dalil batapa pentingnya al-Quran sebagai pedoman dan petunjuk dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk bisa menjadi petunjuk, ia harus dipelajari dari dasar secara mantap, dikaji, baru kemudian diamalkan, dengan harapan supaya bisa menjadi orang-orang yang termasuk pada sabda Rasul tersebut: ahlul Quran.

Kali ini dalam program monthly profile KM-NTB akan membahas ulama ahlul Quran yang nantinya mempelopori berdirinya pondok pesantren yang melahirkan sejuta penghafal al-Quran di tanah seribu masjid, Lombok, yaitu ayahanda TGH. Musthofa Umar Abdul Aziz.

Sejak kecil, beliau pertama kali menimba ilmu agama secara langsung dari orang tua beliau yang juga seorang ulama kharismatik, yaitu TGH. Umar Abdul Aziz.

Setelah mendapatkan dasar-dasar ilmu agama yang kuat, Musthofa Kecil memutuskan untuk menimba ilmu di Ma’had Darul Quran Walhadis Nahdhatul Wathan, Pancor, Lombok Timur. Beliau menjadi salah seorang murid kesayangan dan kebanggaan dari Maulana Syekh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, karena kecerdasan dan kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu. Hal inilah yang menyebabkan Maulana Syekh merekomendasikan beliau untuk melanjutkan studi ke Makkah al-Mukarramah.

Satu pesan Maulana Syekh kepada beliau ketika hendak berangkat ke Makkah al-Mukarromah untuk menimba ilmu yaitu: “Musthofa, nanti di Makkah ananda cari ulama-ulama dari asy-Syangkithy-Mouritania,” yang saat itu sangat terkenal dengan keilmuan mereka.

Hari pertama beliau duduk di majlis para ulama di Masjidil Haram, Makkah, yang terbersit di hati beliau adalah: adanya keinginan dan cita-cita yang kuat, kiranya suatu saat nanti bisa duduk mengajar sebagaimana para masyaikh tersebut. Inilah niat dan cita-cita besar yang terus dijaga dan dipupuk oleh beliau, sehingga Allah swt. meridhoi dan mengabulkan niat dan cita-cita beliau untuk duduk mengajar di Masjidil Haram.

Pada penghujung tahun 1985, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan, yaitu: semua para ulama selain ulama Saudi Arabia yang mengajar di Masjidil Haram, dipersilakan untuk kembali ke negara masing-masing, guna menyebarkan ilmu-ilmu keislaman dan menjadi pelita bagi masyarakat.

Pada tanggal 3 Nopember 1985, dengan mengucapkan “Bismillahirrohmanirrohim” beliau bersama masyarakat Gunungsari dan sekitarnya, mendirikan Pondok Pesantren al-Aziziyah, Gunungsari, Lombok Barat, dengan spesifikasi khusus dan program utama yaitu: menghafal al-Quran, sehingga Pondok Pesantren Al-Aziziyah saat itu merupakan satu-satunya Pondok Pesantren Penghafal al-Quran di Nusa Tenggara Barat.



Alhamdulillah sampai saat ini, ratusan alumni Pondok Pesantren Al-Aziziyah, yang telah mengahafal al-Quran 30 Juz, telah tersebar di seluruh penjuru Nusantara, bahkan di luar negeri. Patut disyukuri, saat ini terdapat 12 orang hafiz al-Quran alumni Pondok Pesantren al-Aziziyah, telah dipercaya oleh pemerintah Qatar untuk menjadi Imam sekaligus pengelola lembaga pendidikan al-Quran.

Hampir seluruh waktu beliau selama hidupnya diabadikan untuk mengajar dan menyebarkan ilmu pengetahuan:

1. Di Ma’had al-Aziziyah, setiap hari beliau disibukkan oleh mengajar dan muzakarah dengan para asatidz, para Tuan Guru dan tokoh-tokoh masyarakat yang datang dari berbagai pelosok pulau Lombok.

2. Selain itu, beliau juga aktif mengisi berbagai pengajian di masjid-masjid di Lombok dan luar daerah seperti Jakarta, Bogor, Bandung, dan daerah-daerah lainnya.

Demikian profile singkat ayahanda, guru kita, pelita dan panutan hidup kita, semoga menjadi inspirasi bagi kita dalam meneruskan perjuangan beliau, menyebarkan ilmu pengetahuan, dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan umat dan masyarakat.

Posting Komentar

1 Komentar