Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Bagaimana Para Salafus Sholih Mempelajari Al-Quran?


            Al-Quran adalah kitab pedoman umat Islam. Di dalamnya terkandung kerangka pemikiran Islam tentang akidah, ibadah, mu'amalah, dan akhlak. Hubungan antara manusia sesamanya, manusia dengan alam, dan manusia dengan Penciptanya, diatur oleh Allah swt. dalam Al-Quran. Oleh karena itu, keterkaitan antara pendidikan Islam dengan Al-Quran sangatlah erat.
            Mempelajari Al-Quran itu hukumnya wajib bagi setiap insan muslim. Dengan mempelajari Al-Quran, seorang muslim akan mendapatkan hakikat dirinya, yaitu sebagai hamba yang taat beribadah kepada Allah sesuai dengan petunjuk-Nya.
Sumber pengajaran Al-Quran pada waktu itu adalah para Sahabat, dan mereka pula yang bertanggung jawab untuk mengajarkannya, memberi penjelasan serta pengertian tentang kandungan ayat-ayat Al-Quran kepada keluarganya dan orang-orang yang baru masuk Islam.
Image result for alquran 
Al-Quran secara lengkap dan sempurna umumnya telah dipelajari dan dihafal oleh para Sahabat. Di samping  itu, Al-Quran masih dalam  bentuk tulisan yang berserakan yang ditulis oleh para Sahabat atas  perintah Nabi Muhammad saw selama masa penurunan Al-Quran, jadi belum berupa mushaf.
Kesemuanya ini telah banyak dilakukan oleh para shahabat dan salafush sholih dalam kehidupan mereka, sehingga patut bagi kita untuk mengetahui bagaimana para sahabat dan salafush shaleh mempelajari kitabullah ini, agar kita bisa mengambil pelajaran bagi setiap sisi kehidupan.
Sebagai generasi yang hidup zaman sekarang, tentunya kita bisa meneladani cara belajar dari para sahabat dan salafus sholih. Karena generasi yang paling baik adalah generasi Nabi saw., kemudian para sahabat dan salafush sholih, kemudian yang datang setelahnya sampai hari Kiamat. Diantara cara mempelajari Al-Quran adalah sebagai berikut:
1.      Membaca dan Memahami Maknanya.
            Disamping mengajari membaca, seorang pengajar berkewajiban pula untuk berusaha menerangkan makna dan memberikan pemahaman kepada murid ataupun masyarakat tentang Al-Quran, sehingga hati dan akal mereka menjadi terbuka. Terutama pada anak. Para guru dan orang tua seharusnya memperhatikan hal seperti ini.
Ibnu Abbas semenjak kecil telah banyak memahami Al-Quran. Dalam sebuah riwayat Hakim menyitir ucapan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata:
            "Mereka bertanya kepada saya tentang Surat An-Nisa. Sesungguhnya saya telah membaca (memahami) surat ini sewaktu saya masih kecil."
2.      Menghafal dan menghayati kandungan ayatnya.
            Mengahafal Al-Quran mempunyai pengaruh terhadap jiwa manusia secara umum. Semakin bersih hati seseorang, semakin kuat pengaruh Al-Quran itu terhadap jiwanya. Anak-anak adalah orang yang paling bersih jiwanya. Oleh sebab itu, menghafal Al-Quran pada masa kanak-kanak adalah usaha yang patut dikembangkan.
            Para shahabat dan salafush sholih sangat paham akan pentingnya menghafal dan memahami kandungan ayatnya, maka tak heran mereka sudah menghafal Al-Quran pada usia yang sangat muda. Diantara mereka adalah: Imam Syafi'i yang menghafal Al-Quran pada umur 7 tahun, dan menghafal kitab Muwaththa' karangan Imam Malik pada umur 10 tahun. Sahal bin Abdullah At-Tasytari, yang menghafal Al-Quran pada umum 6 sampai tujuh tahun. Ibnu Sina dan Imam Nawawi yang menghafal Al-Quran pada umur 10 tahun, dan masih banyak lagi.
3.      Mengamalkan dan menerapkan ajarannya.
            Metode mempelajari Al-Quran berikutnya adalah pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang diinginkan Allah swt. dalam Surat Az-Zumar ayat 18:
 الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الألْبَابِ
“Yaitu orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Para shahabat dan salafush shaleh telah mencontohkan kepada kita tentang hal ini. Bila ada shahabat yang baru masuk Islam, Rasul saw. memerintahkan shahabat lain untuk mengajarkan Al-Quran kepada mereka. Para sahabat memiliki cara tersendiri dalam mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Setelah mereka mempelajari ayat, biasanya mereka  tidak melanjutkan pada ayat selanjutnya sehingga mereka mengamalkannya. Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata:
Apabila kami mempelajari sepuluh (10) ayat Al-Quran dari Nabi saw., kami tidak melanjutkannya dengan ayat setelahnya sehingga kami mengamalkannya.
Dengan cara ini para shahabat menghafal, memahami, dan melaksakan ajaran Al-Quran, sehingga tindakan dan perbuatan mereka sejalan dengan Al-Quran. Apapun yang diperintahkan Allah swt., mereka akan langsung mengerjakannya. Inilah yang dilukiskan Allah dalam surat Ahzab ayat 36:
 "Orang mukmin dan mukminah itu, bila Allah dan Rasul-Nya menentukan sesuatu, tidak mencari-cari pilihan lain dalam urusan mereka."

Mempelajari dan memahami Al-Quran merupakan kewajiban setiap muslim, kapanpun dan dimanapun. Oleh sebab itu, berbagai lembaga pendidikan Islam, baik formal, informal maupun non-formal, harus memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan Al-Quran ini. Tidak ada jalan lain bagi umat ini jika ia mau mengembalikan izzahnya, kecuali kembali kepada Al-Quran, dengan terlebih dahulu mempelajari dan memahaminya, serta mengamalkannya dalam kehidupan kita.

Posting Komentar

0 Komentar