Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

DIRGAHAYU INDONESIAKU #72!


Aku malu mengucapkan, “happy birthday to you,” kepada negeriku sendiri. Karena ucapan itu tidak akan pernah sebanding dengan banyaknya darah yang mengalir dari para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan negara ini.

Penderitaan mereka tak pernah kita rasakan, dan tak akan pernah kita rasakan. Founding fathers negara ini telah mengorbankan semua yang mereka miliki berupa harta, bahkan nyawa, agar masa depan negara ini tidak seperti apa yang mereka alami.

 

Jumat, 17 Agustus 1945, akhirnya kemerdekaan negara ini diproklamirkan oleh Bung Karno. Walaupun begitu, perjuangan mereka masih belum selesai. Masih ada Pertempuran Lima Hari di Semarang, Pertempuran Surabaya, Bandung Lautan Api, dan pertempuran-pertempuran lain yang menumpahkan darah para pejuang.

Sampai pada hari ini, kita masih merasakan hasil dari perjuangan yang mereka lakukan pada masa itu. Maka tidak ada yang paling berharga kita berikan kepada mereka sebagai bentuk terimakasih kecuali dengan meneruskan perjuangan mereka dalam membangun bangsa ini.

Tanah yang subur, air yang tak pernah kering, kita bisa menggunakannya tanpa ada larangan atau syarat seperti kerja paksa (rodi). Kita hanya perlu menjaganya, sebagai usaha kita dalam meneruskan perjuangan para pahlawan.

Perjuangan dalam bentuk lain juga bisa kita lakukan, seperti menuntut ilmu untuk kita ajarkan pada masyarakat. “Belajar baik-baik biar jadi orang yang bermanfaat dengan ilmunya bagi bangsa,” kata ustadz Syamsul Hadi, Lc., saat ditanya tentang tugas pemuda dalam meneruskan perjuangan para pahlawan.

Kita pasti ingat salah satu pidato masyhur Soekarno, “berikan aku 10 pemuda, akan aku guncangkan dunia.” Maksud dari pemuda tersebut adalah seorang yang kuat imannya, teguh pendiriannya, serta tinggi ilmunya. Dan tidak mungkin orang yang hanya menonton drama Korea setiap hari.

Indonesia. Dia lahir, tetapi tidak akan mati. Kita akan menjaganya, serta meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah mempertahankannya. Karena disanalah kita lahir, dan disanalah kita akan mati. Ismail Marzuki menyebutkan dalam lirik Indonesia Pusaka ciptaannya, “...disana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata.”

Posting Komentar

0 Komentar