Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Para Sufi di Era Modern


Ahmad Muzanni, Lc,.diplom


Sampai dengan abad ke 19 dan 20, gerakan tasawuf Nampak terlibat aktif dalam ragam bentuk berbeda untuk membantu umat Islam menajamkan dan mematangkan diri untuk merespon apa yang datang dari Barat serta merumuskan kembali langgam modernitas Islam. Pada saat yang sama, kendati dalam konteks berbeda, para ‘pemain lama’ gerakan tasawuf yang telah memiliki pondasi bangunan yang kokoh serta penyebaran yang luas, terus mengambil peran dan menunjukkan andil. Tasawuf, sebagai corak ajaran maupun sebagai entitas gerakan keagamaan, sejak lama telah menarik minat para sarjana muslim maupun non-muslim untuk menjadikannya sebagi objek kajian. Tulisan singkat ini akan mengajak untuk melihat lebih dekat keterlibatan gerakan sufi dalam beberapa kasus sebagai berikut: peran para pemuka tasawuf sebagai benteng umat dalam kehidupan beragam; peran sebagai kekuatan dalam merespon penjajahan asing; serta peran dalam memotori dan menginspirasi gerakan intelektual keagamaan untuk merespon tantangan pemikiran modern terhadap Islam.
Tasawuf dan Corak Beragama
Bangunan agama Islam dibagi menjadi tiga konsep yang berdiri saling menopang secara utuh, al imân, al islâm, dan al ihsân. Dimensi Ihsan, menjadi penyempurna. Tanpanya, dua dimensi yang lain akan cukup namun takkan pernah paripurna. Tasawuf menegaskan diri untuk mengasah penyempurnaan tersebut. jika Ihsan tersebut ialah buah pencapaian (maqam), maka tasawuf adalah jalan sekaligus guide ke sana. Sehingga selain memetakan posisi dan tujuan beragama, oleh tangan para sufi, tasawuf juga merumuskan teori-teori praktikum yang diperlukan. Ada sebuah teori bahwa pencapaian seorang muslim setidaknya bisa dipetakan menjadi tiga hentian penting, yaitu syariat, hakikat, dan makrifat.
Dalam tasawuf dikenal pula istilah tarekat, yang merujuk pada identifikasi perguruan spiritual. Ada banyak tarekat, misalnya Syadziliyah, sebutan untuk pengikut Abu al Hasan al Syadzili. Naqsyabandiah, Qadiriah, Rifa’iyah, Khalwatiyah adalah contoh lain. Perkembangan tarekat tasawuf di banyak kawasan dan negara, memberikan warna tersendiri dalam kehidupan spiritual pemeluk agama. Di Mesir, negara tempat disemayamkan banyak para sufi, memiliki sebuah lembaga tinggi khusus untuk menghimpun tarekat yang amat banyak jumlahnya. Al Majlisu’l al a’la li al Thuruqi al Sufiyah, namanya. Di Indonesia sendiri, tarekat amatlah banyak. Dan peran para ulama sufi dari tarekat tersebut amatlah besar dan sanggup mewarnai corak keberagamaan umat.
Fenomena tasawuf sedari awal kemunculan sampai masa kodifikasi, memberikan pengaruh signifikan terhadap cara beragama umat Islam. Pandangan keagamaan para sufi kemudian menjadi acuan perilaku para murid dan pengikut. Dalam sebuah tarekat, seorang guru (mursyid) mempunyai peran sentral. Tak pelak, tradisi-tradisi keagamaan umat mengikut pada pandangan para sufi tersebut. pembacaan kompilasi wirid tertentu (hizib) dan kumpulan doa adalah salah satu contoh. Ada lagi contoh lain, seperti pembacaan barzanji adan syair-syair pujian kepada Rasulullah Saw. yang kerap bisa disaksikan, khususnya di Indoneia. Zikir berjama’ah (tahlilan) serta tradisi ziarah makam juga kental dengan ajaran yang disampaikan para sufi. Tak ketinggalan dalam aspek seni, ada sekian banyak bait-bait syair puitis dan indah hasil gubahan para sufi yang kemudian dilantunkan menjadi lagu-lagu merdu penyejuk spiritual.
Anti Penjajahan Asing
Para sufi sudah membuktikan bahwa mereka mampu untuk menyediaakan basis perlawanan terhadap ekspansi negara-negara penjajah. Pada abad ke-19 khususnya, ketika banyak perang-perang besar terhadap penjajah Eropa dilakukan oleh faksi-faksi keagamaan bentukan para sufi. Pada awal abad ke-19 di daratan Sumatera, pergerakan revitalisme Islam yang diinisiasi oleh pegiat tarekat Naqsyabandiah dan Sattariah menampilkan perjuangan dan perlawanan yang luar biasa melawan penjajahan Belanda yang kemudian populer dengan Perang Paderi. Di tanah Jawa, perlawanan Siponegoro juga disokong oleh para tokoh agama dan pengikut tarekat. Di Palembang, tarekat Sammaniah juga mengibarkan bendera perang terhadap Belanda. Tarekat Sammaniah berkembang di Palembang yang dibawa oleh murid-murid Syeikh Abd al Samad al Palimbani di penghujung abad ke-18. Tarekat ini berasal dari Syeikh Muhammad bin Abdul Karim al Samman al Qadiri al Khalwati, yang merupakan cabang dari Tarekat Suhrawardiah yang didirikan di Baghdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi. Masih dari wilayah Indonesia, sejarah juga merekam perjuangan Syeikh Muhammad Yusuf al Makassari yang biasa dijuluki Tâju’l Khalwatiah yang amat berpengaruh di Sulawesi Selatan. Di sana ia lazim disebut Tuanta Salamaka (Abu Hamid, Syeikh Yusuf Makassar; seorang Ulama, Sufi, dan Pejuang, h. 52.)
Di kawasan lain, Perancis yang hendak menduduki Algeria ternyata harus menemui kenyataan bahwa mereka menemuka lawan alot dalam upaya menaklukkan Algeria. Faksi perlawanan yang dipimpin oleh Amir Abdul Qadir al Jaza’iri, pimpinan tarekat Qadiriyah disana, mampu memberikan respon perlawanan yang amat heroic dalam kurun tahun 1830 sampai 1847. Hal yang juga terjadi pada kekuatan militer Rusia yang diterjunkan untuk menguasai daratan Kaukasia yang membentang di sebagian Eropa Timur dan Asia Barat. Mereka mendapat perlawanan keras dari pejuang Naqsyabandiah pimpinan Imam Syamil yang menggaungkan ‘perang suci’ terhadap penjajahan Rusia hampir selama 25 tahun, yang berakhir pada tahun 1859. Inggris yang hendak menjajah Somalia juga punya cerita setali tiga uang dengn Perancis dan Rusia. Seorang pemimpin tarekat Salihiyah bernama Muhammad Abdullah Hasan menjadi pemuka perjuangan mengusir Inggris dari tanah Somal.
Respon Terhadap Modernisasi
Keterlibatan para ulama sufi pada era penjajahan kerap diterjemahkan dengan gerakan perlawanan terhadap ekspansi asing. Para era stabilitas negara-negara pasca kemerdekaan, keterlibatan mereka dalam negara juga segera beralih bentuk dengan tetap fokus pada pembinaan masyarakat. Pada tahap ini, tarekat memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan social yang memerlukan perhatian khusus dengan pelbagai cara. Di Turki misalnya, jaringan tarekat Naqsyabandiah berhasil disulap oleh Said Nursi menjadi salah satu kendaraan penting untuk memperkenalkan pandangan dan potensi gerakan Islam dalam konteks mereka hidup di negara yang menganut sekularisme secara administrasi.
Di Sudan, tarekat Khatmiyah membidani lahirnya National Unionist Party kemudian juga People’s Democratic Party. Sedang di Senegal, tarekat Muridiyah terlibat dengan mendirikan organisasi yang fokus pada membantu para petani dan memainkan peran penting dalam perkembangan ekonomi negara melalui modernisasi agraaria.
Di Mesir, pendiri Ikhwanu’l Muslimin, Hasan al Banna populer sebagai pengagum syeikh sufi Hasanai al Hasafi dan menjadi pengikut aktif tarekat al Hasafiyah. Al Banna dipercaya dalam waktu yang cukup lama terlibat dalam tarekat dan selalu menunjukkan respek terhadap pola dan gaya pembinaan (tarbiyah) ala sufi sepanjang hayatnya. Hal ini disebut memberikan pengaruh terhadap ide dan perspektif tata kelola organisai yang dibentuknya. Misalnya dalam hirarki garis instruksi (qiyadah) serta ritual harian yang mesti dibaca oleh angggota.
Begitupula halnya dengan Hasan al Turabi, seorang icon politik paling populer Sudan di era modern. Ia adalah putra dari seorang syeikh tasawuf dan menjalani kehidupan awalnya dibawah naungan ajaran-ajran tasawuf. Setelah mengkhatamkan pendidikan doktoralnya dalam bidang hukum konstitusi di Sorbonne, kemudian Turabi kembali ke Sudan untuk memulai kiprahnya sebagai tokoh Revolusi Islam di Sudan. ‘Revolui Turabi’ ini disebut sebagai penegasan kembali (re-afirmasi) terhadap konsep   fundamental tasawuf: bahwa spirit dan ruh dari teks tak kalah penting atau bahkan lebih penting dari makna lahiriyah dari teks-teks keagamaan.  

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Di setiap paragraf dari tulisan ini memiliki daya tarik, yang bisa membuat pembaca semakin penasaran, sampai hanyut kepenghujung paragraf trrterak, lima menit pun tak terasa, saya angkat jempol kpd sang penulis ... terimakasih banyak

    BalasHapus